Soloraya
Selasa, 25 April 2017 - 08:10 WIB

WISATA WONOGIRI : Gratis Biaya Masuk, Museum Wayang Indonesia Tetap Sepi Pengunjung

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Penjaga Museum Wayang Indonesia, Rakino, mengamati museum wayang di jalan Wonogiri-Pracimantoro KM 13, Wuryantoro, Wonogiri, Sabtu (22/4/2017). (Danur Lambang Pristiandaru/JIBI/Solopos)

Wisata Wonogiri, Museum Wayang yang juga menyimpan kenangan masa kecil Pak Harto sepi pengunjung meski digratiskan tiket masuk.

Solopos.com, WONOGIRI — Musem Wayang Indonesia di Kecamatan Wuryantoro, Wonogiri, kurang diminati pengunjung. Penjaga Museum Wayang Indonesia, Rakino, mengatakan meski pengunjung dapat masuk tanpa dipungut biaya, jumlah kunjungan di museum tersebut sangat sedikit.

Advertisement

“Belum tentu dalam satu hari ada pengunjung. Bahkan dalam pekan ini tidak ada pengunjung sama sekali. Belum tentu setiap akhir pekan ada pengunjung. Pengunjung yang ke sini biasanya menaruh perhatian khusus terhadap dunia pewayangan,” kata dia saat berbincang dengan Solopos.com di Museum Wayang Indonesia, Sabtu (22/4/2017).

Saat Solopos.com berkunjung ke sana hari itu museum yang diresmikan pada 1 September 2004 oleh Presiden Indonesia Ke-5, Megawati Soekarnoputri, tersebut memiliki koleksi sekitar 400 wayang dari berbagai jenis.

Seluruh koleksi wayang tersebut terdiri atas Wayang Kulit Purwa, Wayang Beber, Wayang Golek, Wayang Bali, Wayang Klithik, Wayang Suket, Wayang Kumpeni, Wayang Topeng, dan Wayang Wahyu. Koleksi tertua milik Museum Wayang Indonesia adalah wayang Semar buatan 1716.

Advertisement

Wayang berusia 300 tahun tersebut merupakan hibah dari mantan Bupati Wonogiri, Begug Poernomosidi. Museum yang berlokasi di jalan Wonogiri-Pracimantoro KM 13 tersebut juga memiliki lukisan Semar berukuran 3 cm x 3 cm.

Lukisan tersebut dianugerahi Museum Rekor Indonesia (Muri) sebagai lukisan terkecil pada Agustus 1998. Museum Wayang Indonesia juga menyimpan bangku kayu yang pernah diduduki Presiden Kedua RI, Soeharto, ketika dia menimba ilmu di Sekolah Rakyat (SR) Desa Wuryantoro yang kini menjadi SDN 1 Wuryantoro.

Bangku tersebut terbuat dari kayu jati dengan goresan-goresan dari benda tajam di atasnya. Muesum tersebut kental dengan nuansa masa kecil Soeharto.

Advertisement

“Karena museum ini terletak di bekas rumah Pak Bei Tani M.Ng. Prawirowihardjo, paman Soeharto. Waktu kecil, dia diasuh di sini oleh pamannya. Di belakang museum juga ada sebuah sumur yang airnya dulu digunakan untuk mandi beliau,” sambung Rakino.

Selain dikunjungi pengunjung yang memiliki minat terhadap dunia pewayangan, kadang kala museum tersebut dikunjungi pengunjung yang mengidolakan Soeharto. “Ada beberapa pengunjung yang datang kesini yang hanya untuk mengenang masa kecil Soeharto. Biasanya membasuh diri di sumur belakang museum. Mereka berasal dari Jakarta, Sumatra, dan Kalimantan,” sambungnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Wonogiri, Siswanto, tidak merespons telepon dari Solopos.com untuk diminta informasi lebih lanjut. Hingga berita ini ditulis, Siswanto juga belum membalas pesan singkat dari Solopos.com.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif