Sport
Selasa, 25 April 2017 - 21:25 WIB

PERSIS SOLO : Penggunaan Othok-Othok Tuai Pro & Kontra

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Baihaqi  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Koreo Pasoepati saat mendukung Persis Solo dalam kompetisi Liga 2 (JIBI/Solopos/M. Ferri Setiawan)

Persis Solo didukung oleh sejumlah suporter menggunakan othok-othok.

Solopos.com, SOLO — Sejumlah suporter arus bawah Persis Solo mengkritik penggunaan othok-othok sebagai salah satu alat untuk mendukung perjuangan tim di lapangan hijau. Mainan tradisional yang berbunyi nyaring ini dinilai mengganggu penonton dan suporter saat mengikuti pertandingan Laskar Sambernyawa.

Advertisement

Selain itu, othok-othok dianggap bisa melukai penonton atau pemain ketika dilempar saat terjadi kericuhan. Dari segi filosofis, othok-othok juga tidak mengakar dalam kultur suporter Kota Bengawan. Namun ada pula yang mendukung atraksi othok-othok. Mereka menilai mainan itu bisa menjadi identitas khas suporter Solo. Pemakaian othok-othok juga bisa menggairahkan industri kecil mainan tradisional.

Musim ini panitia pelaksana (Panpel) pertandingan Persis memang berinisiatif memakai othok-othok untuk memeriahkan atmosfer stadion. Suara nyaring yang dihasilkan mainan khas Jawa Tengah itu diharapkan menjadi “teror” bagi tim tamu jika dimainkan secara bersamaan. Di laga perdana Persis pekan lalu, Panpel membagikan gratis othok-othok untuk penonton VVIP dan VIP.

Namun seusai laga itu, atraksi othok othok mulai dikeluhkan terutama lewat media sosial. Sejumlah suporter protes karena chant-chant mereka sedikit tertutup oleh bunyi othok-othok yang memekakkan telinga. Pasoepati yang tinggal di perantauan juga kecewa karena kesulitan mendengar chant suporter saat live streaming.

Advertisement

“Belum lagi kalau mainan itu disalahgunakan, misalnya dilempar saat terjadi keributan. Yang tanggung jawab siapa? Wong suporter membawa botol minuman saja tidak boleh. Othok-othok lebih berbahaya karena keras dan runcing,” ujar Wakil Presiden Pasoepati, Ginda Ferachtriawan, kepada Solopos.com, Selasa (25/4/2017).

Ginda menyayangkan Panpel tidak melibatkan suporter terlebih dulu ketika melontarkan inovasi baru. Jika Panpel beralasan othok-othok bisa mengganggu konsentrasi tim tamu, dia menyebut aksi Pasoepati sudah lebih dari cukup untuk menciutkan nyali lawan. Ginda tak sepakat nguri-uri budaya tradisional dijadikan alasan pembenaran penggunaan othok-othok di stadion.

“Menurut saya itu bukan pada tempatnya. Panpel harus mendengar suara suporter agar mereka merasa memiliki inovasi yang dibuat Panpel.”

Advertisement

Ketua Panpel Persis yang juga sesepuh Pasoepati, Mayor Haristanto, mengaku terbuka dengan setiap masukan. Dia siap menyiasati pembunyian othok-othok agar tak mengganggu chant atau anthem Pasoepati. “Nanti dibagi waktunya. Lagipula othok-othok tidak mungkin bunyi terus selama 90 menit,” kata dia.

Mayor mengisyaratkan akan tetap memakai othok-othok sebagai media alternatif mendukung tim. Ihwal othok-othok yang berbahaya jika disalahgunakan, Mayor lebih menitikberatkan edukasi.

“Harus dipahami pendukung Persis tidak hanya Pasoepati. Ada keluarga atau orang tua yang sengaja datang ke stadion untuk mendukung tim. Nah kami beri othok-othok agar mereka bisa ikut mengekspresikan diri,” kata Mayor.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif