Jateng
Selasa, 25 April 2017 - 02:50 WIB

ABRASI PANTAI DEMAK : 798 Ha Lahan di Demak Tergerus Abrasi

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga memperbaiki jembatan penghubung rumahnya yang terendam rob menuju ke daratan yang kering di Desa Bedono, Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Senin (26/10/2015).JIBI/Antara Foto/Aditya Pradana Putra)

Abrasi pantai menggerus 798 ha lahan di Kabupaten Demak, Jateng.

Semarangpos.com, DEMAK — Lahan seluas 798 ha di wilayah pesisir pantai yang tersebar di empat kecamatan Kabupaten Demak, Jawa Tengah (Jateng) tergerus abrasi. Keempat kecamatan di Demak yang terdampak abrasi itu adalah Kecamatan Sayung, Karangtengah, Bonang, dan Wedung.

Advertisement

Demikian dipaparkan Wakil Bupati Demak Joko Sutanto saat menyampaikan sambutan pada acara penanaman bibit mangrove di Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Sabtu (22/4/2017). Agenda Demak dengan kegiatan penanaman bibit mangrove tersebut dihadiri pula oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, Ketua Dewan Pertimbangan Partai Nasional Demkrat Siswono Yudo Husodo, Jaksa Agung Muhammad Prasetyo, Korwil Partai Nasdem Jateng dan DIY Rerie Lestari Moerdijat, dan Ketua DPW Partai Nasdem Setyo Maharso.

Lahan tergerus abrasi terluas di Kabupaten Demak terdapat di Kecamatan Sayung, yakni mencapai 420 ha. Posisi berikutnya adalah Kecamatan Wedung dengan luas 250 ha, kemudian Kecamatan Bonang seluas 68 ha, dan Kecamatan Karangtengah seluas 57 ha.

Advertisement

Lahan tergerus abrasi terluas di Kabupaten Demak terdapat di Kecamatan Sayung, yakni mencapai 420 ha. Posisi berikutnya adalah Kecamatan Wedung dengan luas 250 ha, kemudian Kecamatan Bonang seluas 68 ha, dan Kecamatan Karangtengah seluas 57 ha.

Menurut Wakil Bupati Demak Joko Sutanto, dampak abrasi pantai cukup mengkhawatirkan karena saat ini sudah ada dua pedukuhan di Desa Bedono, Kecamatan Sayung yang hilang karena dampak abrasi tersebut. Menurut dia, ancaman abrasi pantai tersebut patut menjadi perhatian semua pihak karena dampak rob atau limpasan air laut ke daratan saat ini juga makin meluas.

Bencana alam rob tersebut, terluas terjadi di Kecamatan Sayung dengan luasan bisa mencapai 1.417 ha, sedangkan kecamatan lainnya, seperti Kecamatan Bonang bisa mencapai 5,5 ha dan Kecamatan Wedung sekitar 155 ha. Dalam rangka penanganan dampak bencana alam tersebut, Pemkab Demak melakukan studi banding ke Belanda yang diwakili oleh Bupati Demak M. Natsir.

Advertisement

Akibat bencana alam tersebut, kata dia, beberapa warga harus berganti mata pencaharian. Ia mencontohkan di Desa Bedono awalnya merupakan lahan sawah, tambak, serta sebagian warganya bermata pencaharian sebagai nelayan. Namun, saat ini semuanya berubah menyusul terjadinya abrasi hingga mengakibatkan dua pedukuhan hilang.

Dampak serupa juga dialami warga di Desa Bedono, Sidogemah, Sriwulan, Purwosari, Gemulak, Timbul Sloka, dan Surodadi. “Mereka tidak bisa lagi hidup dari pertanian, tambak maupun menangkap ikan,” ujarnya.

Kondisi tersebut, lanjut dia, mendorong pemerintah mencarikan solusi, salah satunya membimbing mereka menekuni usaha perdagangan, jasa, dan pariwisata. Dalam rangka mengajak masyarakat Demak peduli terhadap lingkungan, Pemkab Demak mengawalinya lewat PNS untuk menanam aneka macam tanaman.

Advertisement

“Setiap PNS, kami wajibkan menanam satu jenis tanaman sehingga jika ada 8.000 PNS tentunya ada 8.000 tanaman yang mereka tanam,” ujarnya.

Kebijakan tersebut, lanjut dia, juga menjadi syarat untuk kenaikan pangkat setiap PNS. Sementara itu, Kepala Desa Bedono Agus Salim membenarkan adanya dua dukuh yang terdampak abrasi, yakni Dukuh Rejosari dan Tambaksari.

“Dari kedua pedukuhan tersebut, awalnya terdapat 500 keluarga, kini yang bertahan hanya 12 keluarga,” ujarnya.

Advertisement

Belasan keluarga yang masih bertahan tersebut, yakni di Dukuh Tambaksari terdapat 10 keluarga dan di Dukuh Rejosari dua keluarga. Rumah warga yang tidak bisa ditempati, kata dia, mendapat bantuan tempat tinggal di desa lain karena mereka direlokasi ke Desa Sidogemah dan Gemulah.

Kasirun, warga Desa Bedono, mengatakan bahwa dirinya berulang kali meninggikan fondasi rumahnya hingga ketinggian lebih dari 1,5 m. “Jika tidak ditinggikan, mudah terkena rob,” ujarnya.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif