Jogja
Senin, 24 April 2017 - 07:22 WIB

KISAH INSPIRATIF : Modal Percaya Bisa Keliling Dunia, Mau?

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Esther Lusiyanti dari membeli polis hingga memiliki Independent Agency asuransi (Bernadheta Dian Saraswati/JIBI/Harian Jogja)

Kisah inspiratif mengenai karier di dunia asuransi

Harianjogja.com, JOGJA — Perjuangan untuk membuat orang percaya pada produk yang ditawarkan asuransi cukup sulit. Begitu yang dirasakan seorang Esther Lusiyanti.

Advertisement

Lusi, begitu sapaan akrabnya sehari-hari, mulai mengenal asuransi sejak 1992. Saat itu, ia membeli polis di salah satu perusahaan asuransi yaitu AIA. Saat itu, ia dikenalkan oleh sang suami yang jauh lebih dulu mengenal asuransi karena sadar akan pentingnya perlindungan jiwa.

Lusi saat itu masih sibuk dengan bisnis toko alat tulis dan alat olahraga. Peluang berkarir di asuransi pun dimulai saat ia ditawari menjadi agen. Menurut cerita, ia ditawari  menjadi agen karena dikenal memiliki cara berkomunikasi yang luwes dan memiliki banyak teman. Ia sempat tak yakin dengan kemampuannya tetapi karena mendapat dukungan dari keluarga, ia pun akhirnya memutuskan untuk menjadi agen asuransi AIA atau yang saat ini menjadi Avrist.

Advertisement

Lusi saat itu masih sibuk dengan bisnis toko alat tulis dan alat olahraga. Peluang berkarir di asuransi pun dimulai saat ia ditawari menjadi agen. Menurut cerita, ia ditawari  menjadi agen karena dikenal memiliki cara berkomunikasi yang luwes dan memiliki banyak teman. Ia sempat tak yakin dengan kemampuannya tetapi karena mendapat dukungan dari keluarga, ia pun akhirnya memutuskan untuk menjadi agen asuransi AIA atau yang saat ini menjadi Avrist.

Kesibukannya menjaga toko pun tak jadi penghalang. Ia memanfaatkan waktu jeda tiga jam pada pukul 14.00-17.00 WIB untuk berkeliling menemui orang terdekatnya, diajak berbicara tentang produk asuransi dan akhirnya membuahkan hasil minimal satu nasabah.

Dalam mencari nasabah, ada tiga zona yang menjadi sasarannya. Pertama, hot market. Sasaran nasabah di dalam zona ini tak lain adalah saudara terdekat yakni sembilan saudara dari sang suami dan enam saudara dari dirinya sendiri. Pendekatan kedua adalah warm market yaitu para sahabat, rekan gereja, dan teman bermainnya. Sementara cold market adalah orang-orang yang sebelumnya tidak ia kenal kemudian ia kenal dari obrolan biasa.

Advertisement

“Saya bilang, kalau sudah ada dana pendidikan, tiba-tiba sakit dan dana itu dipakai untuk berobat atau untuk kebutuhan mendadak yang lain, bagaimana?,” kata Lusi di kantornya di Jl. HOS Cokroaminoto 143 Jogja. Dari situ, ia menjelaskan akan pentingnya asuransi yang akan membantu memberikan perlindungan jiwa dan tidak menggeser alokasi dana yang sudah direncanakan.

Sejak 1992 mengenal asuransi dan akhirnya tertarik menjadi agen, Lusi menjalani pekerjaannya dengan sungguh-sungguh. Menurutnya bekerja di asuransi tidak menjual barang tetapi janji, menjual polis, dan menjual sesuatu hal yang tidak nyata saat ini tetapi baru dapat dibuktikan sekian puluh tahun ke depan. “Maka untuk membangun trust [kepercayaan]-nya harus dibuktikan dengan tidak bekerja on off. Harus tak pernah berhenti mencari,” tutur perempuan empat cucu ini.

Kerja keras dalam mencari nasabah itu pun berbuah manis. Lusi ditawari untuk menjadi leader dalam Perusahaan Avrist. Karirnya semakin naik. Dari agen, ia naik level menjadi Unit Manajer. Saat mendapatkan jabatan yang lebih tinggi itu pun, usaha tokonya ia tutup dan memilih fokus pada asuransi.

Advertisement

Jabatannya semakin naik dengan menduduki kursi Senior Unit Manajer. Beberapa lama kemudian naik lagi menjadi Agency Manager dan akhirnya berakhir sebagai Independent Agency atau bisnis owner. Dalam tingkat ini, ia memiliki bisnis pribadi dari Perusahaan Avrist tetapi berkantor di tempatnya sendiri menggunakan nama Avrist. Ia pun menamai kantornya Independent Agency atau Kantor Pemasaran Avrist Esther Lusi Yogyakarta yang dibuka mulai 2008.

Perjuangan panjang dalam berasuransi sudah ia lalui. Sejak awal membuka kantor secara mandiri, ia merasa harus babat alas dalam mengenalkan asuransi pada masyarakat. Saat itu, banyak orang yang belum mengenal asuransi dan ada yang sengaja menarik diri untuk tidak berasuransi.

Tetapi kini, dengan munculnya banyak asuransi dan juga milik pemerintah yang hadir dalam program JKN-KIS, kesempatan untuk mengenalkan asuransi semakin terbuka. Tantangan yang muncul tinggal menghadapi karakter orang Indonesia yang baru menginginkan asuransi saat mereka butuh, saat mereka sakit dan harus berobat. Dari situlah ia menganggap asuransi adalah perusahaan yang unik karena saat orang sehat tidak butuh asuransi tetapi saat sakit mereka mencarinya. “Jangan menunda karena menunda berarti memberikan peluang risiko,” ungkapnya.

Advertisement

Berkat dukungan suami, kedua anak, dan cucu-cucunya, Lusi pun bisa bekerja dengan totalitas. Baginya, saat diberi kepercayaan, ia akan mengerjakannya dengan baik. Hal itulah yang kemudian bisa mengantarkannya meraih banyak penghargaan, seperti Top Record Breaker 1999 dan 2007 dan Top Agency Manager Nasional 2003-2007. Kesuksesannya juga mampu mengantarkan perempuan berdarah Tionghoa ini menjelajahi 100 negara di lima benua di dunia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif