Jogja
Senin, 24 April 2017 - 12:31 WIB

Jumlah Peserta Didik di Gunungkidul Terus Menurun, Keberhasilan Program KB?

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Riski Ika Fauziah dan Relita Mahendarti, dua siswa SD Wonolagi Gunungkidul mengerjakan soal Ujian Nasional 2016, Selasa (17/5/2016). (Mayang Nova Lestari/JIBI/Harian Jogja)

Jumlah peserta didik di Gunungkidul terus mengalami penurunan setiap tahunnya

 
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL – Jumlah peserta didik di Gunungkidul terus mengalami penurunan setiap tahunnya. Salah satu indikasi ini dapat terlihat dari jumlah peserta Ujian Nasional tingkat SMP dari tahun ke tahun.

Advertisement

Data dari Dinas Pendidika Pemuda dan Olahraga Gunungkidul mencatat, untuk peserta UN tingkat SMP dan atau sederajat di tahun ini mencapai 9.960 siswa. Jumlah itu mengalami penurunan sebanyak 284 anak dibandingkan dengan peserta UN di 2016 yang mencapai 10.244 siswa.

Sekretaris Disdikpora Gunungkidul Bahron Rasyid tidak menampik adanya tren penurunan jumlah peserta didik. Menurut dia, penurunan itu sudah terjadi sejak beberapa tahun lalu dan bertahan hingga sekarang ini. “Jumlah penurunan yang terjadi fluktuatif setiap tahunnya,” kata Bahron kepada Harian Jogja, baru-baru ini.

Menurut dia, ada beberapa penyebab yang membuat jumlah siswa di Gunungkidul dalam tren menurun. Faktor pertama, fenomena ini terjadi karena adanyaa anak yang tidak melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi, misalnya dari SD ke SMP atau SMP ke SMA.

Advertisement

Sedang faktor lainnya, penurunan terjadi karena keberhasilan program Keluarga Berencana yang digalakkan Pemerintah Kabupaten. Bukti dari keberhasilan program itu, dapat dillihat dari jumlah anak yang sekolah di SD terus menurun. Penurunan jumlah murid di SD ini akan berdampak terhadap siswa di tingkat pendidikan selanjutnya. “Memang jumlah murid sejak dari SD sudah tidak banyak lagi,” ujarnya.

Menurut mantan Kepala Bidang Pendidikan Menengah ini, adanya penurunan jumlah siswa, khususnya di tingkat SD maka disdikpora membuat kebijakan penggabungan sekolah. Langkah ini dilakukan untuk efisiensi terhadap penggunaan anggaran yang dimiliki.

“Proses ini dilakukan tanpa alasan. Namun dalam prosesnya penggabungan dilakukan dengan kajian mendalam sehingga upaya tersebut tidak menjadikan masalah di masyarakat,” ungkapnya.

Advertisement

Makin berkurangnya jumlah siswa ini diakui oleh Eko Pramono, Kepala Sekolah SD Negeri Wonosari IV. Menurut dia, penurunan tidak hanya terjadi di wilayah perkotaan, namun menyebar merata di seluruh wilayah. Dia menyontohkan, di tempat ia mengajar, jumlah siswa di setiap kelas hanya mencukupi dan tidak sampai lebih dari 30 anak.

“Kebetulan kami juga bekerja sama dengan Balai Rehabillitasi Sosial dan Pengasuhan Anak di Ledoksari, Desa Kepek, jadi bisa saling mengisi sehingga jumlah siswa dapat memenuhi kuota rombongan belajar,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif