News
Jumat, 21 April 2017 - 22:35 WIB

Nilai Transaksi Investor Solo di Pasar Saham Lebih Besar Ketimbang Jogja

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi bursa saham Frankfurt, Jerman. (JIBI/SOLOPOS/Reuters)

Wilayah Soloraya masuk lima besar kota dengan nilai transaksi pasar saham terbesar di Indonesia.

Solopos.com, SOLO — Soloraya masuk lima besar kota di Indonesia dengan nilai transaksi pasar saham paling tinggi. Investor asal Kota Bengawan berinvestasi di pasar saham dengan nilai rata-rata Rp5,3 juta.

Advertisement

Bahkan jika dibandingkan Jogja, nilai transaksi investor asal Solo per bulannya 2-3 kali lipat lebih tinggi dibanding Jogja. Kepala Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) Jogja, Irfan Noor Riza, menyampaikan jumlah investor di Soloraya mencapai 19.615 orang hingga Maret atau naik sekitar 1.500 investor dari akhir tahun lalu yang hanya 18.000-an investor.

Jumlah ini memang lebih rendah jika dibandingkan dengan investor Jogja yang mencapai 26.657 investor. Namun, dalam hal transaksi, orang Solo dua hingga tiga kali lipat dibanding orang Jogja karena transaksi Solo mencapai Rp1,05 triliun/bulan sedangkan Jogja hanya Rp435 miliar/bulan.

Advertisement

Jumlah ini memang lebih rendah jika dibandingkan dengan investor Jogja yang mencapai 26.657 investor. Namun, dalam hal transaksi, orang Solo dua hingga tiga kali lipat dibanding orang Jogja karena transaksi Solo mencapai Rp1,05 triliun/bulan sedangkan Jogja hanya Rp435 miliar/bulan.

“Potensi investasi pasar saham di Solo sangat besar. Diharapkan dengan adanya kantor perwakilan [di Solo], pertumbuhan investor bisa lebih cepat dan dua tahun ke depan, minimal 10% masyarakat di Soloraya melek investasi dan menjadi investor di pasar saham,” ungkap Irfan saat ditemui wartawan di Gedung Graha Prioritas, Jumat (21/4/2017).

Dia mengatakan 11 galeri investasi di 10 perguruan tinggi membuat pertumbuhan investor lebih cepat. Saat ini sekitar 25% atau 4.900 investor di antaranya berasal dari kalangan mahasiswa.

Advertisement

Oleh karena itu, bekerja sama dengan akademisi, BEI berencana membuat galeri investasi desa, galeri edukasi di SMA/SMK, serta galeri investasi mobile yang diharapkan terwujud tahun ini. Sosialisasi dan edukasi juga dilakukan dengan menggandeng berbagai pihak, seperti sekolah pasar modal, forum calon investor, edukasi publik, pameran, dan kegiatan di car free day (CFD).

Director of Listing Indonesia Stock Exchange (IDX), Samsul Hidayat, menyampaikan jumlah investor tahun ini ditarget naik 100.000 investor sehingga semakin banyak kantor perwakilan yang dibuka di daerah supaya sosialisasi dan edukasi maksimal.

“Bursa saham Indonesia merupakan bursa saham teruntung selama 10 tahun terakhir. Namun investor baru 560.000-an atau 0,2% dari jumlah penduduk Indonesia. Itu pun 54,5% merupakan investor asing dan hanya 254.800 investor lokal. Apakah kita hanya akan menjadi penonton ketika keuntungan dinikmati investor asing?” ujar dia.

Advertisement

Oleh karena itu, diharapkan semakin banyak masyarakat yang memanfaatkan pasar saham sebagai salah satu sarana investasi. Apalagi saat ini pemerintah sedang gencar mendorong investasi dan memberi banyak insentif.

Selain itu, kondisi ekonomi, sosial, politik, dan keamanan Tanah Air cenderung kondusif yang sangat berpengaruh terhadap kondisi perkembangan investasi. Lebih lanjut, Samsul mengatakan transaksi ekuitas terus meningkat dari Rp20 miliar/hari saat ini mencapai Rp7,6 triliun/hari sedangkan transaksi surat utang mencapai Rp16 triliun/hari.

BEI tidak hanya menggenjot penambahan jumlah investor tapi juga emiten atau perusahaan yang menawarkan saham. Saat ini baru ada 537 emiten di Indonesia dan di Solo baru ada satu perusahaan, yakni PT Sritex dengan kode SRIL.

Advertisement

BEI pun menghadirkan incubator bisnis untuk pengembangan start up atau pemula yang diharapkan nantinya bisa melantai di bursa saham. Samsul mengatakan banyak perusahaan di Soloraya yang bisa bergabung di bursa saham asalkan modal kerja minimal Rp5 miliar.

Namun, dia mengakui tidak mudah mengubah paradigma pemilik perusahaan keluarga untuk melakukan IPO (initial public offering) karena dituntut terbuka kepada publik. “Pendekatan ke pemilik perusahaan terus dilakukan dan diharapkan ada satu atau dua perusahaan di Solo yang tahun ini go public,” imbuhnya.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif