Lifestyle
Kamis, 20 April 2017 - 21:22 WIB

TIPS KESEHATAN : Stroberi Dapat Menekan Pertumbuhan Kanker Payudara

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - ilustrasi (bisnis-jateng.com)

Tips kesehatan untuk mencegah kanker.

Harianjogja.com, ITALIA — Konsumsi 15 stroberi per hari melindungi tikus dari serangan kanker payudara.

Advertisement

Dailymail pada Rabu (19/4/2017), peneliti menggunakan ekstrak dari stroberi alba untuk memberi makan tikus betina dengan kanker payudara. Tikus-tikus itu menjadi “laboratorium” tumbuhnya sel kanker.

Pemberian stroberi tersebut sekitar 15% dari diet. Persentase tersebut merupakan takaran yang pas untuk dikonsumsi manusia setiap hari.

Setelah lima minggu mengkonsumsi stroberi, sel kanker dalam tikus tersebut tak berkembang. Bahkan, sel tumor justru berkurang.

Advertisement

Ilmuwan dari Universitas Politeknik Marche, di Italia, Maurizio Battino mengatakan,”Kami menemukan pengurangan berat dan ukuran tumor yang signifikan.”

Sel kanker yang dipakai dalam eksperimen merupakan sel yang sangat agresif dan sangat berbahaya.

Kendati demikian, tegas dia, hasil penelitian pada hewan belum tentu memiliki efek yang sama pada manusia. Penelitian sebelumnya menunjukkan, makan 10-15 stroberi dalam sehari dapat membuat pembuluh darah kecil lebih sehat karena level kolekstrol dalam darah berkurang.

Advertisement

Zat phenolic dalam buah tersebut dipercaya sebagai penyebab sel kanker dapat tertekan. Dalam penelitian, diketahui ekstrak biologi menghalangi proses perkembangan sel tumor bertumbuh dan menyebar secara biologis.

Aktivitas sejumlah gen yang berperan sebagai metastasis atau berkurangnya penyebaran sel kanker. Dalam waktu yang sama, sebuah gen yang dipercaya menekan penyebaran kanker payudara Htatip 2 akan lebih aktif.

“Sebagian besar penyakit, termasuk kanker sangat rumit dan melibatkan interaksi yang kompleks antara seluler dan sistem molekul yang menjadi penyabab penyakit itu tumbuh,” kata Battino.

Hasil penelitian ini dipercaya valid, hanya saja, mereka harus menambahkan dengan penelitian secara klinis dan epidemiologi untuk mengetahui apakah hasil riset pada tikus tersebut juga terjadi pada manusia. Kajian ilmiah ini dipublikasikan dalam jurnal ilmu pengetahuan terbaru,

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif