Soloraya
Minggu, 16 April 2017 - 16:35 WIB

TANAH RETAK SRAGEN : 6 Rumah di Sambirejo Terisolasi, Muncul 2 Mata Air Baru

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Retakan tanah muncul di permukaan lantai rumah Jumani, 60, di Dusun Sejeruk, Desa Musuk, Sambirejo, Sragen, Minggu (16/4/2017). (Moh. Khodiq Duhri/JIBI/Solopos)

Tanah retak Sragen mengakibatkan enam rumah di Sejeruk, Sambirejo, terisolasi.

Solopos.com, SRAGEN — Enam rumah di Dusun Sejeruk, RT 001, Desa Musuk, Kecamatan Sambirejo, Sragen, terisolasi menyusul amblesnya dua ruas jalan yang menghubungkan permukiman itu dengan permukiman lainnya.

Advertisement

Sementara itu, ancaman tanah longsor di dusun ini semakin kentara setelah muncul dua mata air secara tiba-tiba. Berdasar pantauan Solopos.com, Minggu (16/4/2017), retakan tanah itu membuat permukaan jalan menjadi terjal dan curam.

Jalan itu tak bisa dilintasi kendaraan roda dua maupun roda empat. Warga bisa menjangkau rumah mereka hanya dengan berjalan kaki. Selain di permukaan jalan, retakan tanah juga ditemukan di permukaan rumah warga.

Advertisement

Jalan itu tak bisa dilintasi kendaraan roda dua maupun roda empat. Warga bisa menjangkau rumah mereka hanya dengan berjalan kaki. Selain di permukaan jalan, retakan tanah juga ditemukan di permukaan rumah warga.

“Retakan di lantai rumah saya itu muncul tiga bulan lalu. Makin lama, retakan itu semakin lebar. Retakan itu biasa saya tutup dengan tanah. Tapi dalam hitungan hari akan muncul lagi dan bertambah lebar. Terakhir saya menutup retakan itu sepekan lalu, tapi sekarang retakan itu sudah muncul lagi,” ujar Jumani, 60, warga setempat saat ditemui Solopos.com di rumahnya.

Karena retakan tanah itu, Jumani mengungsi ke rumah adiknya saat hujan tiba. Dia baru kembali ke rumah setelah hujan reda. Di perkampungan itu, terdapat dua bekas rumah yang sudah rata dengan tanah.

Advertisement

“Retakan tanah itu membuat rumah saya rusak berat. Umpak yang menjadi alas pilar hilang ditelan retakan tanah. Itu yang membuat rumah saya nyaris ambruk. Sekarang saya membangun rumah lagi di lokasi lain,” terang Sukardi.

Kepala Dusun I Desa Musuk Suwarno mengatakan warga sekitar sudah kerap bergotong royong memperbaiki jalan penghubung enam rumah itu. Gotong royong diselenggarakan setiap pekan. Akan tetapi, usaha warga untuk memperbaiki jalan itu seakan sia-sia lantaran retakan tanah itu makin parah dalam tiga bulan terakhir.

“Warga sampai jenuh setiap pekan diminta kerja bakti memperbaiki jalan. Sekarang warga membuka jalan baru melalui kebun. Tapi, jalan itu hanya bisa dilewati dengan jalan kaki,” papar Suwarno.

Advertisement

Jumlah rumah warga Dusun Sejeruk yang retak-retak akibat pergeseran tanah bertambah dari 29 rumah menjadi 31 rumah. Pergerakan tanah itu juga memicu munculnya dua mata air baru yang menjadi salah satu pertanda akan terjadinya longsor. Dua mata air itu muncul sebulan terakhir.

“Tanda-tanda utama akan terjadinya tanah longsor itu adalah munculnya retakan tanah, mata air muncul tiba-tiba, air sumur sekitar menjadi keruh dan adanya longsoran batu-batu kecil. Kalau ada gejala seperti itu, warga sudah harus waspada,” jelas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sragen Dwi Sigit Kartanto.

 

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif