News
Jumat, 14 April 2017 - 16:08 WIB

36 Militan ISIS Tewas, Inilah Gilanya "Mother of Bombs" Amerika di Afghanistan

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - GBU-43/B Massive Ordnance Air Blast (MOAB), bom yang dipakai oleh AS menyerang pangkalan ISIS di Afghanistan. (JIBI/Solopos/Reuters/Elgin Air Force Base)

The mother of all bombs yang dijatuhkan Amerika di Afghanistan menewaskan 36 militan ISIS.

Advertisement

Solopos.com, KABUL — Sebanyak 36 orang yang diduga militan ISIS di timur Afghanistan tewas setelah militer AS menjatuhkan induk segala bom (the mother of all bombs), Kamis (13/4/2017). Kementerian Pertahanan menyebut bom tersebut merupakan bom non-nuklir yang pernah digunakan dalam sejarah perang.

Serangan tersebut dilakukan setelah Presiden AS Donald Trump mengirimkan delegasi tingkat tinggi ke Kabul di tengah ketidakpastian nasib 9.000 pasukan AS di negara itu. Belum ada data pasti yang terverifikasi tentang data tewasnya puluhan orang itu, pemerintah setempat menyatakan tak ada warga sipil yang menjadi sasaran. Pasalnya, target serangan adalah jaringan terowongan dan bunker persembunyian ISIS.

Advertisement

Serangan tersebut dilakukan setelah Presiden AS Donald Trump mengirimkan delegasi tingkat tinggi ke Kabul di tengah ketidakpastian nasib 9.000 pasukan AS di negara itu. Belum ada data pasti yang terverifikasi tentang data tewasnya puluhan orang itu, pemerintah setempat menyatakan tak ada warga sipil yang menjadi sasaran. Pasalnya, target serangan adalah jaringan terowongan dan bunker persembunyian ISIS.

“Tidak ada warga sipil yang terluka dan hanya pangkalan–tempat biasanya Daesh [ISIS] melancarkan serangan di provinsi itu–yang dihancurkan,” kata juru bicara Kemenhan Afghanistan, Dawlat Waziri, yang dikutip Solopos.com dari Reuters.

Militan ISIS diduga sering melancarkan serangan mematikan di Ibu Kota Afghanistan, Kabul. ISIS mencengkeram daerah timur Afghanistan dan juga berseteru dengan Taliban.

Advertisement

Dengan bobot itulah bom tersebut dijuluki sebagai “mother of all bombs.” Bom ini dikendalikan dengan GPS ini belum pernah digunakan dalam perang sejak diuji coba pada 2003. Saat meledak, bom itu menghasilkan awan berbentuk jamur yang bisa terlihat dari jarak 20 miles (32 km).

Meski AS beralasan serangan itu menyasar ISIS, mantan Presiden Afghanistan Hamid Karzai mengutuk serangan penggunaan bom di negeraranya. “ini bukan perang terhadap teror, tapi tidak berkemanusiaan dan penyalahgunaan [senjata] paling brutal di negara kami, seperti uji coba senjata baru dan berbahaya,” katanya melalui akun Twitter.

Namun, seorang saksi menyebutkan, di sebuah desa yang berjarak 5 km dari daerah pegunungan yang dibom, rumah-rumah dan pertokoan tidak terdampak ledakan. Warga setempat mengaku melihat para militan memang sering naik turun pegunungan tersebut setiap hari, dan terkadang datang ke desa mereka.

Advertisement

“Mereka ada yang orang Arab, Pakistan, China, dan pemberontak lokal, datang ke toko-toko saat bazar,” kata Raz Mohammad, warga setempat.

Hari ini, desa itu dipenuhi oleh tentara Afghanistan dan pasukan internasional, begitu pula helikopter dan pesawat yang lalu lalang di udara. Sementara itu, Presiden Afghanistan menyatakan serangan itu merupakan kerja sama antara Afghanistan dan pasukan internasional.

“Afghan dan pasukan asing mengkoordinasikan operasi ini dan sangat hati-hati untuk menghindari korban sipil,” katanya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif