Jogja
Senin, 10 April 2017 - 05:20 WIB

PENANGANAN KANKER : Fasilitas Radioterapi di Indonesia Sudah Kelebihan Kapasitas

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - (thinkstock)

Penanganan kanker di Indonesia dengan metode radioterapi masih minim fasilitas

 

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA – Keberadaan radioterapi sebagai tonggak penanganan atau pengobatan penyakit kanker ternyata masih sangat minim. Jumlah fasilitas radioterapi di Indonesia saat ini belum sebanding bahkan jauh dari jumlah penderita kanker.

Rasio ideal mestinya 1:1.000.000. Satu fasilitas radioterapi untuk satu juta orang. Hanya saja rasio di Indonesia saat ini, 1:3.500.000.

Advertisement

Rasio ideal mestinya 1:1.000.000. Satu fasilitas radioterapi untuk satu juta orang. Hanya saja rasio di Indonesia saat ini, 1:3.500.000.

“Jumlah fasilitas radioterapi masih sangat minim. Hanya puluhan rumah sakit yang memiliki,” ungkap Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi (PORA) Indonesia Soehartati A Gondhowiardjo, di sela Rakornas tentang Keselamatan Radiasi dan Keamanan Sumber Radioaktif pada Fasilitas Radioterapi  di Hotel Harper Jogjakarta, Jumat (7/4/2017).

Dia menjabarkan, rata-rata angka kejadian kanker saat ini 1:1.000 per tahun. Dengan jumlah penduduk Indonesia saat ini, berarti kira-kira ada sekitar 260.000 pasien kanker per tahun. Dari jumlah itu, 140.000 pasien memerlukan radiasi per tahun.

Advertisement

Dia mengakui, tidak mudah bagi rumah sakit untuk memiliki fasilitas radioterapi. Jaminan keamanannya sangat ketat. Mulai dari perencanaan, desain maupun struktur bangunannya harus memenuhi persyaratan yang sangat ketat.

“Begitu fasilitas itu terpasang, tak boleh ada kebocoran sedikit pun karena kita menghadapi radioaktif, sesuatu yang tidak berbau, berasa, dan berwarna,” tutur Soehartati kemudian.

Direktur Perizinan Fasilitas Radiasi dan Zat Radioaktif – Badan Pengawas Tenaga Nuklir (FRZR-Bappeten) Zainal Arifin, membenarkan hal itu.

Advertisement

“Meski sudah ada di Kalimantan, Sulawesi Selatan maupun Sulawesi Utara, dan tentu saja Jawa tapi jumlahnya masih sangat sedikit,” katanya.

Tak menyebut rumah sakit mana saja, Zainal menuturkan, saat ini ada 16 rumah sakit yang memanfaatkan 22 unit Teleterapi Co-60 dengan lima unit di antaranya proses disposal atau pelimbahan.

Tiga rumah sakit memanfaatkan tiga unit Brakhiterapi Co-60, dua rumah sakit yang masih memiliki dua unit brakiterapi Cs-137 (curietron) yang sudah tidak operasional, bahkan salah satu di antaranya stuck source di mesin.

Advertisement

Ada pula 13 rumah sakit yang mengoperasikan 14 unit brakiterapi Ir-192, dan 21 rumah sakit yang mengoperasikan 26 unit Linac energi 10 MV atau lebih, empat rumah sakit yang mengoperasikan empat unit Linac energi 6 MV, satu rumah sakit mengoperasikan satu unit tomoterapi, satu rumah sakit mengoperasikan satu unit gamma knife, serta dua  rumah sakit mengoperasikan blood irradiator dengan Co-60.

Beberapa rumah sakit tahun ini sedang pada tahap instalasi dan komisioning. Antara lain, lima rumah sakit yang akan mengoperasikan lima unit Linac energi 10 MV, satu rumah sakit akan mengoperasikan dua unit Linac energi 6 MV, satu rumah sakit akan mengoperasikan satu unit Teleterapi Co-60, dan satu rumah sakit akan mengoperasikan satu unit Brakhiterapi Ir-192.

?Untuk 2017 dan 2018 terdapat rumah sakit yang sedang membangun fasilitas radioterapi. Masing-masing sembilan rumah sakit sedang membangun fasilitas Linac energi 10 MV atau lebih, lima rumah sakit sedang membangun fasilitas Linac energi 6 MV, satu rumah sakit sedang membangun satu unit Teleterapi Co-60, satu rumah sakit sedang membangun satu unit Brakhiterapi Co-60, satu rumah sakit sedang membangun satu unit Brakhiterapi Ir-192.

“Pada 2018 diperkirakan ada dua rumah sakit yang akan membangun fasilitas radioterapi,” papar Zainal.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif