News
Senin, 10 April 2017 - 21:47 WIB

Di Balik Aksi Menegangkan Aiptu Sunaryanto Tembak Penyandera di Angkot

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Penyanderaan di angkot T-25 jurusan Rawamangun-Pulogebang, di Jl. I Gusti Ngurah Rai, Duren Sawit, Jakarta Timur, Minggu (10/4/2017) malam. (Youtube)

Aksi Aiptu Sunaryanto menembak penyandera penumpang di angkot diwarnai proses alot dan menegangkan.

Solopos.com, JAKARTA — Penyanderaan dalam angkot T-25 jurusan Rawamangun-Pulogebang, di Jl. I Gusti Ngurah Rai, Duren Sawit, Jakarta Timur, Minggu (10/4/2017) malam, menunjukkan aksi heroik Aiptu Sunaryanto. Cerita di balik ketenangan Polantas Polres Metro Jakarta Timur itu melumpuhkan Hermawan dengan pistolnya, tak semudah yang terlihat.

Advertisement

Saat dihadirkan live di TV One, Senin (10/4/2017), Sunaryanto membeberkan detail kejadian yang menimpa Risma Oktaviani,25, dan anaknya, Dafa Ibnu Hafiz, 2, itu. Hermawan, pria residivis yang baru keluar dari lembaga pemasyarakatan (LP) itu sudah gelap mata.

“Saya datang ke TKP, saya bernegosisasi dengan pelakunya. saat itu marah besar dia. ‘Apa lu? Polisi polisi’,” kisah Sunaryanto.

Advertisement

“Saya datang ke TKP, saya bernegosisasi dengan pelakunya. saat itu marah besar dia. ‘Apa lu? Polisi polisi’,” kisah Sunaryanto.

Sunaryanto sempat berbicara baik-baik dengan si pelaku sebelum mengeluarkan senjatanya. Dia menawarkan bantuan jika si pelaku punya masalah, namun syaratnya sandera harus dilepaskan. Namun pendekatan itu dibalas dengan pernyataan nekat Hermawan.

“Saya bilang kasihan lho anaknya. Dia malah jawab ‘pokoknya kalau mau mati ya mati semua’,” kata Sunaryanto menirukan ucapan pelaku.

Advertisement

“Ayo pergi, mana sopir angkotnya?” Padahal, sopir angkot sudah tidak ada di tempat. Bahkan, Sunaryanto sampai mengangkat tangannya untuk menunjukkan dia tak memegang senjata. Namun pelaku makin nekat.

Sadar bahwa pelaku tak mungkin melepaskan korban dengan cara baik-baik, Sunaryanto mulai ancang-ancang untuk bertindak tegas. Sayangnya, tak mudah bagi dia untuk melepaskan tembakan karena terlalu banyak orang di sekitar angkot. Berkali-kali dia meminta warga untuk mundur, namun ada saja yang mendekat untuk melihat.

“Saya koordinasi sekitarnya. Mas, tolong dong kalau bisa semua di belakang angkot menjauh, biar enggak salah sasaran,” kata dia. Beberapa orang juga membantu menjauhkan kerumunan warga yang tak bisa menahan amarah terhadap si pelaku di dalam angkot.

Advertisement

“Saya salawat 3 kali, bismillah. Kalau saya tembak bisa kena ibu itu. Saya mau sikat lagi, tapi rame lagi warga.”

Negosiasi alot pun memakan waktu hingga setengah jam hingga pelaku kalap. “Orang-orang bilang cepat-cepat, saya pikir minta saja ke warga menjauh. Ada yang bilang ‘sikat Pak’. Setelah klir, saya pikir lillahi taala.”

Sunaryanto pun maju dan dalam jarak dekat dia melepaskan tembakan akurat ke tangan pelaku yang memegang senjata tajam. Tangan si pelaku yang semula membahayakan nyawa Risma akhirnya lumpuh dan berhasil ditangkap.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif