News
Senin, 10 April 2017 - 15:30 WIB

BNPT Telusuri Kaitan Teroris Tuban & Jaringan Filipina

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi Densus 88 Antiteror Polri (Dok. Solopos)

BNPT masih menelusuri sel-sel Filipina setelah serangan teroris Tuban.

Solopos.com, JAKARTA — Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) terus mendalami penyelidikan pascapenembakan sejumlah teroris di Tuban yang menewaskan 6 orang. Para teroris tersebut diduga merupakan sel-sel jaringan terorisme Filipina.

Advertisement

Kepala BNPT Suhardi Alius memaparkan pihaknya bersama aparat keamanan terus melakukan pengembangan penyidikan terhadap jaringan teroris di Tuban. Hal ini beriringan dengan penyidikan setelah penangkapan tiga orang teroris di Banten.

Adapun, dia menyebutkan aparat masih berada dalam posisi waspada terhadap sel-sel jaringan terorisme yang tersisa. “Kan itu berkaitan dengan masalah Filipina. Itu juga kita dalami dan yang lainnya. Kejadian kemarin itu, menunjukkan bahwa sel-sel itu masih ada, masih berjalan,” kata Suhardi seusai menghadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Kompleks Istana Kepresidenan, Senin (10/4/2017).

Seperti disebutkan oleh Polri, enam orang yang diduga teroris dapat dilumpuhkan dan satu orang berinisial ES, 31, asal Lamongan dapat ditangkap di Tuban, Jawa Timur. Peristiwa baku tembak ini terjadi setelah aparat gabungan Polres Tuban dan Kodim 0811 Tuban melakukan pengejaran terhadap para pelaku sebelumnya.

Advertisement

Selain sebuah mobil Daihatsu Terios warna putih bernomor polisi H 9037 BZ, polisi juga menyita enam pucuk pistol rakitan, empat butir amunisi kaliber 38 mm, 42 butir amunisi kaliber 9 mm, lima sangkur, lima ponsel, dan satu unit handy talkie.

Di sisi lain, Suhardi tetap membela anggota kepolisian yang melakukan tembak mati terhadap para terduga teroris meski dinilai oleh sejumlah kalangan melanggar hak asasi manusia (HAM). Baca juga: Mobil Dicegat di Jalan Pantura Tuban, 5 Orang Tembak Polisi.

Dia mengungkapkan, dalam situasi penangkapan atau penggerebakan teroris, seringkali aparat berada dalam situasi hidup dan mati sehingga penembakan tidak bisa terelakkan. Dia menambahkan, para teroris juga tidak mengambil opsi untuk menyerah ketika telah memegang senjata.

Advertisement

“Anggota juga dalam posisi terancam jiwanya. Kalau enggak ditembak, anggota yang mati. Kan begitu. Kalau dia menyerah kan mungkin seperti kejadian di Banten. Kan dari delapan, cuma satu [yang tewas],” ujar mantan Kabareskrim ini. Baca juga: Pemilik Mobil Penembak Polisi di Tuban Beralamat di Semarang.

Namun, polisi yang terlibat baku tembak juga tetap bertanggung jawab secara prosedural. “Itu kan nanti ada prosedurnya. Posisi petugas juga dalam posisi sulit. Untuk mengeluarkan pelurunya saja harus ada prosedur kok, apalagi menembak,” kata Suhardi.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif