Lifestyle
Minggu, 9 April 2017 - 10:50 WIB

WISATA JATENG : Beginilah Eksotisnya Karimunjawa

Redaksi Solopos.com  /  Imam Yuda Saputra  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Lautan lepas membentang mengelilingi Pulau Karimunjawa di wilayah Kabupaten Jepara, Rabu (5/4). Pulau tersebut memiliki berbagai potensi pariwisata unggulan Jawa Tengah. (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Wisata, salah satu objek yang menjadi andalan Provinsi Jawa Tengah (Jateng) adalah Karimunjawa.

Semarangpos.com, JEPARA – Suara terompet kapal Feri Siginjai Express Bahari memecah keheningan Pantai Kartini di Laut Jawa kawasan Jepara. Para wisatawan riuh melewati dermaga. Mereka munjukkan identitas kartu tanda penduduk (KTP) dan tiket masuk kapal. Satu per satu wisatan asing dan domestic menduduki kursi sesuai dengan nomor yang tercantum dalam tiket senilai Rp150.000/orang itu.

Advertisement

Feri berkapasitas 350 orang menempuh perjalanan 90 km hanya dengan waktu 2-3 jam dari Jepara menuju Kepualauan Karimunjawa. Kabin kapal cukup luas dan berpendingin udara. Ruang kabin yang nyaman itu masih dilengkapi dengan fasilitas televisi LCD 60 inchi. Lewat televisi itulah para wisatawan menikmati film aksi. Perjalanan yang panjang di tengah Laut Jawa tak terasa dengan fasilitas yang ada.

Wartawan dari berbagai media massa di Jawa Tengah dan pejabat PT PLN sengaja berkunjung ke Karimunjawa, Selasa-Rabu (4-5/4/2017). Sebuah pulau yang luasnya 71,2 km persegi dan berjajar pulau-pulau kecing. Setidaknya ada 27 pulau di Kepulauan Karimunjawa. Dari puluhan pulau itu hanya lima pulau yang berpenghuni, yakni Karimunjawa, Parang, Nyamuk, Genting, dan Kemujan. Jumlahnya penduduknya sebanyak 9.242 jiwa atau 3.000-an kepala keluarga (KK). Mereka berasal dari berbagai suku di Indonesia, seperti Jawa, Bugis, Madura, Bau Bau, Flores, dan warga negara asing. Jumlah wisatawan yang masuk ke pulau itu mencapai 116.076 per tahun. Pulau eksotis itu merupakan wilayah kecamatan yang terdiri atas empat desa.

Begitu sampai di dermaga Karimunjawa, sudah ada sejumlah mobil sewaan yang menjemput. Sopir mobil sekaligus berperan sebagai pemandu wisata. Mereka mengantar rombongan menuju pusat Pembangkit Listrik Tenaga Disel (PLTD) Legon Bajak yang jaraknya 30 km dari dermaga. PLTD yang semula dikelola Pemerintah Kecamatan Karimunjawa sejak 1977. Biaya bahan bakar minyak (BBM) melambung tinggi sejak PT Pertamina mencabut subsidi di PLTD Karimunjawa. Aliran listrik yang semula bisa sampai 12 jam berkurang menjadi 6 jam. Dengan beban listrik sampai Rp2.500 per kWh pun pengelola PLTD masih rugi.

Advertisement

Sebuah tugu setinggi tiga meter berdiri di introduction space atau ruang tampiran depan Alon-alon Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Rabu (5/4/2017). (JIBI/SOLOPOS/Tri Rahayu)

“Ya, biaya operasional yang mencapai Rp6 miliar per tahun hanya bisa tertutup Rp2 miliar per tahun. Akhirnya, pengelolaan PLTD itu diserahkan ke PT PLN pada 2016 lalu,” ujar Sekretaris Kecamatan (Sekcam) Karimunjawa, Nur Sholeh Eko Prasetyawan, saat berbincang dengan wartawan, Selasa (4/4/2017) malam.

Kini, setelah dikelola PLN, PLTD direlokasi ke lahan yang lebih dari 10.000 meter persegi. PLTD itu memiliki empat unit mesin disel berkapasitas besar. Disel-disel itu mampu memproduksi listrik sampai 4.400 kilowatt (KW). Namun kapasitas produksi itu ternyata baru dimanfaatkan 2.028 KK di Karimunjawa dengan beban maksimal hanya 613 KW. Artinya, potensi listrik di Karimunjawa masih berlimpah.

Advertisement

Selain listrik, kebutuhan BBM sehari-hari harus disuplai dengan menggunakan kapal. Beberapa waktu lalu, kapal pembawa BBM sempat terbakar di tengah laut. Dalam sepekan, pengiriman BBM dilakukan dua kali dengan volume sampai ratusan liter. Kini, Karimunjawa memiliki satu unit stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) yang segera beroperasi. (Baca juga Kapal Pengangkut BBM ke Karimunjawa Meledak)

Fasilitas pendidikan dan kesehatan sudah memadai. Generasi muda Karimunjawa bisa bersekolah dari taman kanak-kanak (TK) sampai ke jenjang SMK. Fasilitas kesehatan juga ada berupa puskesmas. Fasilitas penunjang lainnya, seperti pasar dan sebagainya sudah tersedia. Mayoritas penduduk Karimunjawa bermatapencaharian nelayan, tukang kayu, tukang batu, dan seterusnya. Mereka membuat rumah di Karimunjawa sangat mahal karena semua material harus didatangkan dari Jepara.

“Biaya membuat rumah di sini itu bisa sampai tiga kali lipat dengan membangun rumah di Jepara. Kalau satu rumah di Jepara bisa jadi dengan biaya Rp100 juta ya kalau di Karimunjawa ini bisa sampai Rp300 juta. Harga materialnya berlipat-lipat,” ujar tokoh masyarakat setempat, Suparno.

Karimunjawa terkenal dengan pohon dewandaru. Pohon itu tergolong langka karena sudah dicari. Kayu dewandaru biasanya dibuat untuk tongkat, warangka keris, gagang keris, tasbih, dan seterusnya. Tak banyak pengrajin kayu dewandaru di Karimunjawa karena susahnya bahan baku. Langkanya pohon dewandaru sama langkanya dengan kepiting laut. Harga kepiting laut bisa sampai ratusan ribu rupiah per ekor karena langkanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif