Jogja
Sabtu, 8 April 2017 - 21:22 WIB

BENCANA SLEMAN : Hati-hati! Semua Desa Rawan Angin Puting Beliung

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Bencana Sleman, ada 86 desa yang rawan angin puting beliung

Harianjogja.com, SLEMAN-Sebanyak 86 desa di Sleman masuk dalam daerah rawan bencana angin puting beliung. Selain itu, masih ada sejumlah desa lainnya yang masuk dalam kawasan rawan bencana erupsi Merapi, gempa, dan longsor.

Advertisement

Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Sleman, Heru Saptono mengakui jika eskalasi bencana meningkat seiring dengan isu pemanasan global. “Eskalasi meningkat, semua wilayah desa rawan angin ribut atau puting beliung,”ujar dia ditemui di pembentukan Desa Tangguh Bencana (Destana) Tridadi di Pemkab Sleman pada Jumat(7/4/2017).

Sementara itu, 7 desa lainnya termasuk rawan bencana Erupsi Merapi, 6 desa di wilayah Prambanan rawan bencana longsor, dan 5 desa di Berbah dan Kalasan rawan bencana gempa. Karena itu, Pemkab Sleman berupaya memaksimalkan keberadaaan Destana dengan menambah jumlahnya setiap tahun.

Saat ini, terdapat 34 Destana di Sleman dari total 86 desa. Sedianya akan ada penambahkan sebanyak 12 Destana selama tahun 2017 ini. Dari jumlah tersebut, 8 akan ditopang pendanaan dari APBD Sleman dan 4 lainnya oleh APBD DIY. Secara bertahap, Pemkab Sleman akan menjadikan seluruh desa menjadi destana hingga tahun 2021 mendatang.

Advertisement

Keikutsertaan masyarakat dinilai mempercepat dan mempermudah penanganan bencana. Sumber daya yang tersedia juga jauh lebih banyak baik dari pemerintah dan masyarakat. Berikutnya, pemerintah berupaya mendorong keterlibatan pihak swasta dalam penanganan bencana.

Adapun, Desa Tridadi sendiri meski tidak masuk dalam daerah rawan bencana namun menjadi daerah penyangga wilayah Wonokerto, Turi. Wonokerto sendiri merupakan areal rawan erupsi merapi sehingga Tridadi diprediksi akan menerima arus pengungsian apabila terjadi bencana.

Sementara itu, Bupati Sleman, Sri Purnomo mengatakan masyarakat memang harus selalu bersifat siaga menghadapi situasi darurat. Keberadaan destana bisa menjadi cara edukasi bagi masyarakat untuk menghadapui kondisi darurat bencana. “Jika darurat, protap [prosedur tetap] sudah ada maka otomatis muncul pikirannya,”jelasnya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif