News
Jumat, 7 April 2017 - 05:00 WIB

Afghanistan Bangun Infrastruktur Besar-Besaran, Indonesia Ingin Garap

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Presiden Afghanistan Ashraf Ghani menandatangani MoU di hadapan Presiden Indonesia Joko Widodo, Rabu (5/4/2017). (JIBI/Reuters/Darren Whiteside)

Indonesia ingin menggarap proyek infrastruktur yang sedang gencar dilakukan oleh pemerintah Afghanistan.

Solopos.com, JAKARTA — Afghanistan dipandang sebagai pasar potensial bagi produk dan jasa dari Indonesia, dengan banyaknya proyek infrastruktur yang sedang dikembangkan.

Advertisement

Wakil Ketua Kadin Bidang Hubungan Internasional Shinta Widjaja Kamdani menyatakan sebagai negara yang sedang berbenah dari dampak perang menahun, pertumbuhan ekonomi Afganistan patut diperhitungkan. Apalagi, Afganistan berada di lokasi yang strategis, yakni di antara negara-negara Teluk Persia, Asia Selatan, Asia Timur, dan Eropa.

Bank Dunia pun memprediksi pertumbuhan ekonomi Afghanistan pada 2017 bakal mencapai 1,8%. Angka tersebut diyakini meningkat menjadi 3,6% pada 2018 dan 2019.

“Saat ini, htengah giat membangun infrastrukturnya. Ada sejumlah proyek yang tengah dan akan dijalankan di antaranya pembangunan jalur kereta TAT Railway sepanjang 645 kilometer, jalur kereta Chaman-Kandahar sepanjang 98 kilometer, dan Herat-Thorgondi sepanjang 150 kilometer. Ini merupakan peluang bagi para pelaku bisnis Indonesia di bidang tersebut ataupun bisnis turunannya untuk kerja sama bisnis,” papar Shinta dalam pernyataan resmi yang diterima Bisnis/JIBI, Kamis (6/4/2017).

Advertisement

Dia menambahkan Afghanistan sekarang sedang memfokuskan diri pada pembangunan infrastruktur energi dan berupaya memposisikan diri sebagai poros energi untuk kawasan Asia Tengah. Beberapa potensi pengembangan infrastruktur energi di antaranya hydro power sebesar 23.000 MW, pembangkit listrik tenaga gas (PLTG), serta energi terbarukan seperti tenaga angin, matahari, biomassa, dan panas bumi.

Untuk itu, dalam waktu dekat Kadin bersama kementerian terkait akan melakukan kunjungan bisnis ke negara tersebut. Adapun dalam dialog bisnis yang digelar pada Rabu (5/4/2017), pemerintah Afghanistan menawarkan kemudahan berusaha seperti kepemilikan asing sebesar 100% dan komitmen menciptakan iklim bisnis yang kondusif.

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan (Kemendag), nilai perdagangan kedua negara tahun lalu sebesar US$16,25 juta. Angka itu lebih rendah 55,56% dari realisasi 2015 yang menyentuh US$36,56 juta.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif