Jatim
Rabu, 5 April 2017 - 10:05 WIB

Waspada Banjir, Bojonegoro Berlakukan Status Siaga I

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Papan duga di tepi Bengawan Solo, wilayah Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. (JIBI/Solopos/Antara/Slamet Agus Sudarmojo)

Ketinggian air sungai Bengawan Solo 13,12 meter.

Madiunpos.com, BOJONEGORO — Status Siaga I banjir diberlakukan di Kabupaten Bojonegoro karena ketinggian air Sungai Bengawan Solo pada Rabu (5/4/2017), pukul 06.00 WIB tercatat 13,12 meter.

Advertisement

“Kenaikan air di hilir Jawa Timur dipengaruhi hujan dari Ngawi dan lokal dalam beberapa hari terakhir,” kata Petugas Posko UPT Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro Budi Indro Sulistyo di Bojonegoro, Rabu.

Di hilir Bojonegoro, kata dia, Bengawan Solo masuk siaga I sejak Selasa (4/4/2017), pukul 21.00 WIB dengan ketinggian mencapai 13,06 meter. “Air pagi ini cenderung stabil, karena di hulu Ngawi, ketinggian air Bengawan Solo sudah mulai surut,” ucapnya.

Data di UPT Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro, ketinggian air di hilir Babat, Karanggeneng, Laren, dan Kuro, Lamongan, juga siaga I, masing-masing 7,38 meter, 5,24 meter, 3,79 meter, dan 1,58 meter.

Advertisement

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro Andik Sudjarwo menyatakan kenaikan air Bengawan Solo di daerahnya tidak akan signifikan, sebab Bengawan Solo sebelumnya dalam keadaan kosong.

Menurut dia, kewaspadaan yang dihadapi bukan ancaman banjir luapan Bengawan Solo, tetapi banjir bandang karena curah hujan selama April masih tinggi. “Daya rusak banjir bandang lebih besar, seperti banjir bandang di sejumlah kecamatan sehari lalu ada dua rumah roboh,” ujarnya.

Seorang warga Desa Temu, Kecamatan Kanor, Bojonegoro, Hadi, mengatakan genangan air Bengawan Solo di daerahnya mulai masuk persawahan dan sungai di desanya.

Advertisement

Hanya saja, menurut dia, di persawahan di desanya tidak ada tanaman padi, karena petani tidak menanam padi setelah banjir luapan Bengawan Solo awal Februari lalu.

“Petani belum menanam padi karena masih menunggu banjir reda. Petani di sejumlah desa di Kecamatan Kanor, beralih bekerja dengan menjala ikan,” kata dia.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif