Jogja
Rabu, 5 April 2017 - 00:20 WIB

KISAH INSPIRATIF : Eko Kenalkan Pegadaian Lewat Bola

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pemimpin Cabang Pegadaian Tugu Kulon Eko Danarto (Bernadheta Dian Saraswati/JIBI/Harian Jogja)

Kisah inspiratif mengenai kemampuan pemimpin memperkenalkan perusahaan.

Harianjogja.com, JOGJA — Setiap pemimpin memiliki cara tersendiri untuk memperbanyak relasi, termasuk memperkenalkan perusahaan yang ia pimpin kepada masyarakat. Lantas bagaimana yang dilakukan Pemimpin Cabang Pegadaian Tugu Kulon Eko Danarto dalam memperkenalkan perusahaan?

Advertisement

Mengawali pekan pertama April, Eko tampak sibuk saat Harianjogja.com mendatangi kantornya. Pria paruh baya ini masih berkutat dengan laptop dan beberapa lembar berkas yang ditaruh di atas meja kerjanya. Namun pekerjaannya terhenti sejenak untuk berbincang dengan Harianjogja.com, sesuai dengan janjinya bisa ditemui pukul 10.00 WIB di kantornya.

Pria asal Temon, Kulonprogo ini mulai bercerita kisahnya selama bergabung di PT Pegadaian. Saat itu, keinginannya menjadi pegawai Pegadaian terinspirasi dari pamannya yang sempat menjadi kepala cabang di lingkungan Pegadaian. Dengan berbagai pembekalan dari sang paman terkait prospek Pegadaian ke depan, ia pun memantapkan diri untuk memilih jurusan Pegadaian saat masih duduk di bangku kuliah di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN), meski menurutnya masih ada jurusan
populer lainnya seperti bea cukai.

Advertisement

Pria asal Temon, Kulonprogo ini mulai bercerita kisahnya selama bergabung di PT Pegadaian. Saat itu, keinginannya menjadi pegawai Pegadaian terinspirasi dari pamannya yang sempat menjadi kepala cabang di lingkungan Pegadaian. Dengan berbagai pembekalan dari sang paman terkait prospek Pegadaian ke depan, ia pun memantapkan diri untuk memilih jurusan Pegadaian saat masih duduk di bangku kuliah di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN), meski menurutnya masih ada jurusan
populer lainnya seperti bea cukai.

Selain dari pamannya, ada alasan penguat lain sebelum ia memutuskan memilih jurusan tersebut.
“Saya sempat cari-cari literasi [tentang Pegadaian], ternyata nasabahnya kebanyakan menengah ke bawah. Dari situ saya muncul pemikiran, siapa tahu [dengan bergabung di Pegadaian] bisa bangun image,” kata pria kelahiran 6 September 1975 ini.

Akhirnya keinginan untuk bekerja di Pegadaian tercapai. Selepas lulus kuliah pada 1996, ia langsung ditempatkan sebagai Penaksir di Pegadaian Palangkaraya. Sejak 1996 sampai 2016, ia berkali-kali
dipindah ke beberapa kantor cabang, di antaranya tiga kali di Palangkaraya, Balikpapan, dan di Grogot, Kabupaten Pasir, Samarinda. Ia pertama kali dipromosikan sebagai Kepala Cabang di Cabang Grogot.

Advertisement

“Citra orang di sana, nasabahnya [Pegadaian] itu orang yang kepepet butuh dana, kantor masih kumuh, jadi kami pun juga minder,” kata bapak tiga anak ini.
Pilih Pendekatan Sesuai Karakter Masyarakat

Maka untuk mendekatkan diri pada masyarakat, ia merasa butuh trik khusus. Sejak muda, Eko memiliki hobi bermain bola. Bahkan ia juga tercatat sebagai pemain di Persikup Kulonprogo. Ia pun menggunakan bakat bermain bolanya untuk mendekati masyarakat.

“Saya sepak bola dengan instansi-instansi pemerintah dan masyarakat juga. Di situ saya banyak ketemu dengan pelaku usaha lalu kita tawarkan produk [Pegadaian] yang cocok,” katanya.

Advertisement

Menurut Eko cara ini cukup efektif diterapkan di Kalimantan. Berbeda halnya dengan saat ia mulai ditempatkan di Jogja Mei 2016 lalu. Teknik pendekatan dengan bola sudah tidak relevan lagi karena orang Jogja lebih kritis dan sudah paham dengan Pegadaian. Eko pun lebih mengemas pendekatan dengan literasi tentang produk Pegadaian kepada warga sekitar dalam forum sosialisasi.Pengalaman Unik

Selama lebih dari 20 tahun berkarya di Pegadaian, ia memiliki satu pengalaman unik yang tak terlupakan. Saat itu, saat ia masih menjabat di Palangkaraya, ada satu nasabah yang datang meminta gelang emas yang ia gadaikan. Namun karena sudah beberapa lama ia tidak bisa dihubungi pihak Pegadaian dan sudah memasuki batas waktu penggadaian barang, gelang tersebut akhirnya dilelangkan.

“Akhirnya bapak itu datang kembali ke kantor dengan mengajak istri dan anaknya yang masih kecil,sambil bawa tikar, kasur, dan bantal, mau tidur di kantor biar barangnya kembali,” ungkap Eko.
Namun setelah dijelaskan bahwa keputusan pelelangan gelang tersebut sudah memenuhi
persyaratan, akhirnya orang tersebut menerima. Eko pun rela mengantarkan keluarga tersebut ke toko emas untuk memesan gelang dengan model serupa, dengan tambahan biaya dari kelebihan hasil
lelang.

Advertisement

Baginya, bekerja di Pegadaian mendatangkan cerita menarik tersendiri. Perpindahannya dari satu tempat ke tempat lain juga membawa banyak pengalaman baginya untuk menghadapi nasabah.

Tak lama lagi, ia juga akan dipindahtugaskan ke Kantor Cabang di Purworejo. Rekam jejaknya selama 10 bulan memimpin di Kantor Cabang Pegadaian Tugu Kulon ingin tetap dipertahankan. Selama bertugas di Tugu Kulon, ia sudah mampu mencetak pertumbuhan Out Standing Loan (OST) yang cukup bagus. Jika data OST 2015 hanya Rp48,8 miliar, pada 2016 kemarin bisa naik menjadi Rp53,8 miliar.

“Artinya selain ada nasabah baru, kita berhasil menarik nasabah lama kembali yang sempat berpindah ke lembaga lain,” kata suami dari Fithriana ini.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif