Jatim
Selasa, 4 April 2017 - 12:05 WIB

LONGSOR PONOROGO : Duka Nenek Ratun Kehilangan Anak, Menantu, dan 6 Kerabat

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Rumah warga Desa Banaran Ponorogo tertimbun longsor, Sabtu (1/4/2017). (Abdul Jalil/JIBI/Solopos)

Longsor Ponorogo, nenek berusia 70 tahun selamat dari bencana alam tanah longsor karena sedang mencari rumput.

Madiunpos.com, PONOROGO — Seorang nenek bernama Ratun, 70, terisak saat salah satu keluarganya berkunjung ke lokasi pengungsian tanah longsor Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Ponorogo, Senin (3/4/2017) pagi.

Advertisement

Ratun kehilangan delapan orang kerabat termasuk anak dan menantunya yang menjadi korban tanah longsor di desa itu akhir pekan lalu. “Kabeh entek mas, omahku entek [semua habis mas, rumahku habis],” kata Ratun dengan terisak.

Ratun merupakan salah satu warga Dukuh Tangkil, Desa Banaran, selamat dalam bencana alam yang menghilangkan 25 orang, tiga orang meninggal dunia, dan menimbun 22 rumah. Selama ini ia hidup bersama anak dan menantunya, Poniran, 50, Prapti, 24, serta cucunya Brian, 10.

Advertisement

Ratun merupakan salah satu warga Dukuh Tangkil, Desa Banaran, selamat dalam bencana alam yang menghilangkan 25 orang, tiga orang meninggal dunia, dan menimbun 22 rumah. Selama ini ia hidup bersama anak dan menantunya, Poniran, 50, Prapti, 24, serta cucunya Brian, 10.

Saat musibah terjadi, Ratun sedang mencari rumput untuk pakan ternak di hutan yang berlokasi cukup jauh dari titik longsor.

Kala itu, Sabtu (1/4/2017) sekitar pukul 06.00 WIB, janda beranak lima itu berangkat mencari rumput di hutan. Setelah meminum air putih, ia mulai beraktivitas mencari rumput untuk pakan 10 ekor kambing miliknya.

Advertisement

Tanpa berpikir panjang, nenek itu pun langsung berlari menuju ke rumahnya yang ada di bawah bukit. Dengan tubuhnya yang renta, Ratun pun sampai di kampungnya dan melihat aliran tanah longsor yang telah meluluhlantakkan isi kampung termasuk anak dan menantunya serta rumahnya.

Dalam sekajap tanah longsor telah membuat kampung itu menjadi gundukan tanah yang garang. Ratun pun terdiam lemas dan menangis saat melihat kampungnya telah habis dilibas tanah bervolume sekitar 80.000 kubik. “Saya seketika langsung lemas dan tidak tahu harus berbuat apa,” ujar dia sambil menutup wajah dengan kedua tangannya.

Dia menuturkan sebelum pergi mencari rumput, anaknya, Poniran sedang beristirahat karena demam. Sedangkan menantunya, Prapti, saat itu sedang mencuci piring di dapur. Saat itu cucunya, Brian sedang sekolah sehingga tidak ikut menjadi korban bencana alam itu.

Advertisement

Selain kehilangan anak dan menantunya, nenek itu juga kehilangan enam kerabatnya yang saat itu berada di rumah masing-masing. Dia memerinci enam kerabatnya yang ikut menjadi korban longsor yaitu Mujirah, Yati, Sipurnomo, Misri, Adnan, dan Pita.

“Rumah kami memang berimpitan karena dalam satu kampung,” ujar dia.

Selain kehilangan nyawa sejumlah saudara, nenek Ratun juga kehilangan seluruh harta bendanya mulai dari rumah, kambing 10 ekor, ayam 15 ekor, dan sejumlah perabotan rumah tangga. Kini semuanya harus mengulang lagi dan ia pun kebingungan setelah ini mau hidup bersama siapa menghabiskan usia senjanya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif