Jogja
Sabtu, 1 April 2017 - 06:22 WIB

HIV/AIDS : 253 Warga Gunungkidul Terinfeksi Saat Diperantauan

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Fakta HIV/AIDS

HIV AIDS, jumlah ODHA Gunungkidul mencapai ratusan orang.

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL – Pada 2016 lalu, terdapat 253 kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV)-Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) yang menjangkit warga Gunungkidul. Dari ratusan warga tersebut diketahui sebagain besar terinveksi saat pergi merantau.

Advertisement

Sekretaris Komisi Perlindungan AIDS (KPA) Gunungkidul, Iswandi mengatakan dari data yang dia miliki terdapat 253 kasus HIV/AIDS sepanjang 2016. Dan fakta yang dia peroleh dari ratusan kasus tersebut, sebagian besar terinveksi virus yang menyerang kekebalan tubuh itu saat berada di daerah perantauan.

“Mereka kebanyakan baru pulang dari perantauan. Pulang menetap sebentar di Gunungkidul kemudian divonis terinveksi HIV/AIDS setelah dilakukan pemeriksaan,” kata dia, Jumat (31/3/2017).

Advertisement

“Mereka kebanyakan baru pulang dari perantauan. Pulang menetap sebentar di Gunungkidul kemudian divonis terinveksi HIV/AIDS setelah dilakukan pemeriksaan,” kata dia, Jumat (31/3/2017).

Iswandi menduga aktivitas diperantauan yang terlalu bebas membuat mereka rentan terjangkit HIV/AIDS. Terlebih mereka yang sampai menggunkan narkoba, Sebab meski tidak melakukan pergaulan bebas, mereka bisa terjangkit memalui jarum suntik yang digunakan.

Dia mengatakan saat ini penderita AIDS lebih tinggi ketimbang penderita HIV.

Advertisement

Fakta ini mengalami peningkatan dibanding 2015. Di Tahun itu terdapat 214 warga Gunungkidul yang terrjangkit HIV/ AIDS. Dengan rincian untuk penderita HIV laki-laki sebanyak 45 orang, perempuan 37 orang. Sementara untuk AIDS laki-laki 73 orang dan perempuan 59 orang.

Iswandi menjelaskan, sebagian besar dari jumlah tersebut diderita warga berusia 20-59 tahun. Jumlah penderita HIV/AIDS itu didapatkan dari hasil pemeriksaan darah di rumah sakit. Menurutnya, orang yang sering menggunakan jasa PSK atau melakukan hubungan tanpa alat kontasepsi alias kondom sangat rentan terserang penyakit mematikan tersebut.

“Jika sudah positif, mereka diberi obat. Fungsi obat sendiri bukan untuk menyembuhkan, namun menekan virus sehingga kekebalan tubuh penderita tidak lemah,” ujarnya.

Advertisement

Obat dikonsumsi setiap hari. Kemudian setiap enam bulan sekali dilakukan pemeriksaan untuk memastikan efek dari obat. Situasi demikian dilalui penderita HIV/AIDS setiap hari yakni, mengkonsumsi obat.

Sementara itu, Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) RSUD Wonosari Aris Suryanto mengaku sudah memiliki Voluntary Counseling Test (VCT). Selama ini tidak sedikit warga yang melakukan konsultasi untuk mengetahui apakah dirinya terkena virus berbahaya.

“Ada ratusan orang yang telah melakukan pemeriksaan,” ungkapnya.

Advertisement

Setiap hari, kata Aris, jumlah pasien yang melakukan pemeriksaan rutin mencapai 45 orang. Pasien diberikan obat Antriretoviral (AVR) untuk  menghambat perkembangan penyakit. Pengobatan hanya untuk menghambat.

“Dan solusi terbaiknya adalah tidak melakukan hubungan seks bebas, dan menggunakan jarum suntik sembarangan,” ujarnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif