Soloraya
Kamis, 30 Maret 2017 - 05:00 WIB

Cerita Suram Waduk Cengklik Boyolali

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warung-warung di tepian Waduk Cengklik menjadi tempat favorit para pengunjung menikmati suasana, Senin (21/3/2017). (Aries Susanto/JIBI/Solopos)

Waduk Cengklik Boyolali menyimpan bebeberapa cerita suram.

Solopos.com, BOYOLALI — Hari beranjak siang. Namun, objek wisata itu terlihat sepi. Hanya sepasang muda-mudi yang tampak berasyik masyuk di bangku warung tenda. Di sebelah pintu gapura, seorang pria setengah baya duduk terkantuk-kantuk di pos retribusi yang usang.

Advertisement

Jenengan lihat sendiri. Kondisi Waduk Cengklik begini. Sehari-hari sepi!” ujar pria itu, Sudarmanto, petugas retribusi objek wisata Waduk Cengklik saat berbincang dengan Solopos.com, Senin (21/3/2017).

Sudarmanto mengaku malu mengungkapkan lebih detail ihwal geliat Waduk Cengklik selama ini. Menurutnya, segala upaya untuk membetot wisatawan ke waduk peninggalan jaman Belanda itu sudah tak kurang-kurang. Namun, hasilnya tetap nihil.

Advertisement

Sudarmanto mengaku malu mengungkapkan lebih detail ihwal geliat Waduk Cengklik selama ini. Menurutnya, segala upaya untuk membetot wisatawan ke waduk peninggalan jaman Belanda itu sudah tak kurang-kurang. Namun, hasilnya tetap nihil.

“Pernah kami datangkan orkes Ken Arok. Pernah juga mendatangkan sponsor Gudang Garam. Namun, tetap sepi,” tambahnya.

Sepinya Waduk Cengklik ini kerap dikait-kaitkan dengan buruknya akses jalan dan fasilitas yang minimalis. Tak hanya itu, faktor keamanan dan kenyamanan juga kerap menjadi sorotan publik. Sejumlah kasus kriminalitas yang mencuat antara lain, pemalakan, mabuk-mabukan, hingga tindakan asusila.

Advertisement

Ihwal kasus pemalakan ini, salah satu pedagang keliling di Waduk Cengklik, Sugimin, mengaku pernah mendengarnya. Namun, ia hanya sebatas mendengar dan tak mau ikut-ikutan. “Saya hanya jualan di sini. Pernah dengar sih ada pengunjung yang diperas, tapi persisnya enggak tahu,” timpalnya.

Pemalakan

Anggota Babinkantibmas Polsek Ngemplak di wilayah Ngesrep, Briptu Zainal, membenarkan adanya aksi pemalakan yang kerap terjadi di Waduk Cengklik. Namun, katab dia, polisi belum bisa melacak siapa pelakunya lantaran tak adanya laporan dari korban.

Advertisement

“Korban ini mengaku didatangi sejumlah orang, lalu diperas uangnya dan ponselnya,” jelas dia.

Berdasarkan informasi yang dia himpun, kasus pemalakan itu terjadi rata-rata malam hari selepas pukul 21.00 WIB. Para korbannya biasanya pasangan muda-mudi yang berpacaran di lokasi-lokasi sepi di kawasan Waduk Cengklik. Polisi belum bisa mengidentifikasi, apakah pelaku preman ataukah oknum tertentu dari warga sekitar. “Kami belum tahu siapakah pelakunya. Apakah dari preman atau siapa, kami belum tahu,” tambahnya.

Menurut Zainal, jumlah kasus pemalakan, mabuk-mabukan, dan tindakan asusila di kawasan Cengklik saat ini sudah jauh berkurang. Hal itu berkat kerjasama masyarakat dengan aparat yang rutin menggelar patroli rutin malam hari. “Yang jelas, saat ini keluhan soal pemalakan sudah mulai berkurang,” tambahnhya.

Advertisement

Salah satu pemuda Desa Ngargorejo, Ngemplak, yang ditemui Solopos.com menegaskan kasus-kasus pemalakan yang terjadi selama ini disebabkan oleh ulah pengunjung sendiri. Jika pengunjung mematuhi aturan jam kunjung, kata dia, dipastikan tak akan terjadi kasus pemalakan. “Sebab, ada pemuda desa yang ikut menjaga keamanan sampai pukul 21.00 WIB. Kalau di atas jam itu, kami sudah tak lagi menjaganya,” ujarnya tanpa bersedia disebutkan namanya itu.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif