Soloraya
Selasa, 28 Maret 2017 - 23:40 WIB

Pejabat Kementerian PUPR Sebut Tanah Solo Hampir Amblek, Kok Bisa?

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pejabat Fungsional Utama Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Teknik Lingkungan, Purwandi S. P., memberikan materi dalam sarasehan yang digelar Water.org di Hotel Kresna, Wonosobo, Jateng, Selasa (28/3/2017). (Irawan Sapto Adhi/JIBI/Solopos)

Tanah Solo disebut hampir amblek oleh pejabat Kementerian PUPR.

Solopos.com, WONOSOBO — Pejabat Fungsional Utama Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Teknik Lingkungan, Purwandi S.P., menyebut tanah di Kota Solo nyaris amblek. Hal itu karena penyediaan air bersih layak minum yang terus mengandalkan eksplorasi air tanah.

Advertisement

Purwandi menyampaikan kapasitas produksi air bersih layak minum Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Solo mencapai 840 liter per detik. Dari jumlah produksi tersebut, 430 liter per detik di antaranya dipenuhi dari 27 sumur bor yang dibangun mulai 25 tahun lalu.

Dia menegaskan kapasitas air bersih yang bisa diperoleh dari sumur bor itu terus turun. “Separuh produksi air dari PDAM ambil dari sumur bor. Kapasitas sumur bor di Solo sekarang tinggal 60% sampai 70%. Saya bilang sebentar lagi Kota Solo amblek. Butuh berapa triliun rupiah untuk membenahi jika terjadi demikian. Sekarang saatnya tidak lagi ambil air tanah,” kata Purwandi saat menjadi pemateri dalam sarasehan yang digelar Water.org di Hotel Kresna, Wonosobo, Jateng, dengan tema Peran Media untuk Akses Air Layak Minum dan Sanitasi yang Aman di Indonesia, Selasa (28/3/2017).

Advertisement

Dia menegaskan kapasitas air bersih yang bisa diperoleh dari sumur bor itu terus turun. “Separuh produksi air dari PDAM ambil dari sumur bor. Kapasitas sumur bor di Solo sekarang tinggal 60% sampai 70%. Saya bilang sebentar lagi Kota Solo amblek. Butuh berapa triliun rupiah untuk membenahi jika terjadi demikian. Sekarang saatnya tidak lagi ambil air tanah,” kata Purwandi saat menjadi pemateri dalam sarasehan yang digelar Water.org di Hotel Kresna, Wonosobo, Jateng, dengan tema Peran Media untuk Akses Air Layak Minum dan Sanitasi yang Aman di Indonesia, Selasa (28/3/2017).

Purwandi menyampaikan sudah saatnya PDAM di berbagai daerah di Indonesia memanfaatkan air permukaan untuk diolah dalam upaya penyediaan air bersih layak minum bagi masyarakat. PDAM tidak bisa lagi mengandalkan sumber air tanah.

Menurut dia, hampir semua kota atau kabupaten di Jateng telah mengolah air sungai untuk dijadikan air bersih layak minum. Beberapa daerah tidak memanfaatkan air sungai karena tidak memungkinkan secara geografis.

Advertisement

Purwandi menuturkan Solo sejak dahulu mengambil air dari sumber air Cokro Tulung, Kabupaten Klaten, untuk dikelola hingga sampai di rumah-rumah warga Kota Bengawan. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klaten awalnya membolehkan PDAM Solo mengambil air di Cokro Tulung karena mereka belum merasa butuh.

Namun, dia menyebut Pemkab Klaten sekarang butuh sumber air Cokro Tulung untuk mengoptimalkan penyediaan air bersih layak minum untuk warga mereka sehingga ada potensi tidak lagi memasok air untuk PDAM Solo. “Klaten sekarang sudah butuh Cokro Tulung. Bisa berantem Solo-Klaten soal penggunaan sumur air ini. Kami yang menengahi. Kalau sumber air lintas kabupaten atau kota, yang akan mengelola provinsi. Saya mewakili provinsi akan menentukan sumber air. Saya bagi yang adil. Solo kan tinggal tunggu sumur bor kempes. Kota yang menjadi pusat ekonomi Jateng itu punya bom waktu yang siap meledak kapan saja,” jelas Purwandi.

Dia menerangkan Kementerian PUPR punya solusi soal penyediaan air bersih layak minum untuk masyarakat di Solo, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, dan Sragen tanpa mengeksplorasi air tanah dalam. Purwandi menyebut sudah ada rencana pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Wonogiri Sukoharjo Solo Karanganyar Sragen (Wosusokas) dengan pemanfaatan air di Waduk Gajah Mungkur.

Advertisement

Pembangunan SPAM Wosusokas tersebut telah dirancang sejak 2011 lalu namun belum juga bisa direalisasikan karena masalah alokasi dana. Butuh dana hingga Rp1,8 triliun untuk membangun SPAM Wosusokas.

“SPAM sudah kami usulkan sejak 2011 lalu. Tapi bagaimana dananya? Kepotong pembangunan jalan tol. Dana untuk SPAM mundur lagi. Rencana tetap rencana. Pumpung Pak Jokowi orang Solo, kami ajukan lagi untuk kebaikan warga Solo dan sekitarnya. SPAM Wosusokas akan menjadi yang terbesar di Indonesia. Penyediaan air beraih di lima kota dan kabupatan dijadikan satu sumber. Tahun ini dari Kementerian PUPR sudah mulai rintis dengan bikin intake,” tutur Purwandi.

Sementara itu, Country Director Water.org Indonesia, Gusril Bahar, menjelaskan Water.org adalah lembaga nonprofit yang fokus pada program tentang penyediaan akses air bersih dan sanitasi layak (WASH Program) bagi masyarakat kurang mampu. Water.org telah memulai program tersebut di beberapa negara, salah satunya Indonesia.

Advertisement

Program itu tidak hanya memastikan ketersediaan akses, namun juga memastikan pihak-pihak pengelola mampu meningkatkan pelayanan dengan lebih sensitif terhadap pihak-pihak yang membutuhkan.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif