Soloraya
Selasa, 28 Maret 2017 - 20:40 WIB

ANGIN KENCANG SRAGEN : Warga Kecik Tertimpa Belandar saat Lari Selamatkan Diri dari Rumah Roboh

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Mantri kesehatan dari Puskesmas Tanon I, Suwardi, memeriksa punggung Sarimin, 60, yang tertimpa kayu belandar rumahnya yang roboh diterjang puting beliung di Tanon, Sragen, Selasa (28/3/2017). (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Angin kencang Sragen, warga Kecik tertimpa belandar rumahnya yang roboh diterjang puting beliung.

Solopos.com, SRAGEN — Pandangan mata Suparti, 45, tertuju ke arah bangunan berukuran 8 meter x 12 meter yang tinggal konstruksi atapnya, Selasa (28/3/2017) pagi. Ia berdiri di depan pintu samping rumah adiknya, Suwanto, 35, di Dukuh Wadok RT 005, Desa Kecik, Kecamatan Tanon, Sragen.

Advertisement

Di rumah berdinding batako dan beralas tanah itulah Suparti dan suaminya Sarimin, 60, mengungsi sementara waktu. “Bapak masih sakit. Ia tiduran di lincak depan,” ujarnya sembari menunjukkan lokasi Sarimin kepada Solopos.com.

Sarimin tidur dengan posisi miring menghadap ke selatan. Punggungnya memar dan bengkak dekat tengkuk kepala. Sarimin tertimpa kayu belandar saat menyelamatkan diri dari reruntuhan bangunan rumahnya yang disapu puting beliung, Senin (27/3/2017) pukul 15.30 WIB. (Baca: Puting Beliung Landa 11 Desa, Kerugian Capai Rp 509 Juta)

Advertisement

Sarimin tidur dengan posisi miring menghadap ke selatan. Punggungnya memar dan bengkak dekat tengkuk kepala. Sarimin tertimpa kayu belandar saat menyelamatkan diri dari reruntuhan bangunan rumahnya yang disapu puting beliung, Senin (27/3/2017) pukul 15.30 WIB. (Baca: Puting Beliung Landa 11 Desa, Kerugian Capai Rp 509 Juta)

Suparti mengaku sakit suaminya sudah diobati. Tak lama kemudian, mantri kesehatan dari Puskesmas Tanon I, Suwardi, datang menanyakan kesehatan Sarimin. Suwardi datang dengan kaus oblong dan celana 2/3. Ia memeriksa punggungnya yang memar.

Rumah Sarimin hanya berjarak 300 meter dengan Poliklinik Desa (Polindes) Kecik. Polindes itu biasa jadi jujugan warga untuk berobat kepada bidan desa Sri Rahayu. Lisus pun meruntuhkan atap teras polindes yang berupa seng dan asbes itu.

Advertisement

Los pasar yang digunakan belasan pedagang untuk berjualan itu juga rusak berat. Seng dan kuda-kuda atap runtuh. Hanya lima orang yang nekat membuka dhasaran di pasar yang terdampak puting beliung pada Selasa pagi.

Wagiyem, 60, salah satu pedagang, hanya bisa menangisi dagangannya yang rusak karena tertimpa seng dan dingklik bambu. Warga Dukuh Sadang RT 002, Desa Kecik, itu mulai berjualan pukul 04.00 WIB.

“Saya datang ternyata dagangan saya rusak. Telur seberat 5 kg remuk semua. Dagangan lainnya juga rusak. Biasanya memang dagangan saya tinggal di pasar. Laba tidak seberapa tetapi kalau rusak semua mau untung dari mana?” keluh Wagiyem.

Advertisement

Wagiyem hanya bisa beristigfar saat melihat angin yang bergulung-gulung Senin sore. Ia dan warga lainnya sempat berteriak ketika ada bocah berumur sembilan tahun nyaris terbawa angin itu.

“Anak itu kan naik sepeda dengan membawa mantel karena hujan deras. Saat lewat di samping pasar ini, anginnya datang. Untuk orang-orang di sawah langsung berlari memegangi mantel anak itu. Kalau tidak entah apa yang terjadi,” ujarnya.

Di samping Wagiyem, ada Poni Maryati, 43, pedagang lainnya yang mulai berkemas. Warga Dukuh Mlangse RT 001, Desa Suwatu, Tanon itu memilih pulang. Padahal jarum jam baru menunjuk pukul 08.00 WIB.

Advertisement

“Sudah sepi. Banyak warga yang sibuk memperbaiki atap rumah mereka. Dagangan saya tidak rusak karena saya bawa pulang terus,” imbuh dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif