Jogja
Senin, 27 Maret 2017 - 06:20 WIB

PAMERAN DI JOGJA : Paguyuban Sekar Jagad Promosikan Batik Pamekasan di Kota Gudeg

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Seorang turis mengamati kain batik Pamekasan yang sedang dipamerkan di pendapa Hotel Royal Ambarrukmo Yogyakarta, Sabtu (25/3/2017). (Bernadheta Dian Saraswati/JIBI/Harian Jogja)

Pameran di Jogja digelar berupa pameran batik oleh Paguyuban Pecinta Batik Indonesia Sekar Jagad

Harianjogja.com, SLEMAN-Paguyuban Pecinta Batik Indonesia Sekar Jagad membantu mempromosikan batik Pamekasan kepada masyarakat dan para desainer di Jogja. Ajang promosi yang dikemas dalam acara gebyar Batik Pamekasan ini dilaksanakan di pendapa Hotel Royal Ambarrukmo Yogyakarta (RAY), Sabtu (25/3/2017).

Advertisement

Sekretaris Umum Sekar Jagad Murdiyati Garjito mengatakan, Sekar Jagad memiliki misi melestarikan batik Indonesia. Paguyuban ingin batik Indonesia unggul di tingkat dunia, salah satunya batik Pamekasan asal Madura.

“Batik Pamekasan itu unik. Pertama batik Madura tidak punya batik selain batik tulis, tidak seperti daerah lain yang macam-macam termasuk tekstil motif batik. Kedua, Pamekasan adalah satu-satunya kota yang punya pasar tradisional batik yaitu Pasar 17 Agustus,” katanya, sebelum pembukaan Gebyar Batik Pamekasan tersebut, Sabtu.

Di pasar batik tersebut, masyarakat bisa menemukan kain batik tulis dengan harga yang sangat murah sampai batik premium bernilai tinggi. Jika batik Jogja Mataram kental dengan warna sogan, biru, dan putih, batik Pamekasan lekat dengan warna alam cemerlang. Dari segi coraknya, batik Jogja mengangkat motif klasik sementara Pamekasan bercorak alam.

Advertisement

“Pamekasan harus dibantu promosi karena pembinaan pemerintahnya kepada produksi batiknya perlu dicontoh. Ini kabupaten yang patut diteladani,” tuturnya.

Bupati Pamekasan Ahmad Syafii yang hadir bersama rombongan mengatakan, kerja sama Sekar Jagad dengan pemerintah Pamekasan diharapkan terus terjalin agar batik tetap lestari.

“Batik patut dilestarikan karena merupakan hasil ekspresi seni tradisional yang tidak hanya berupa lembaran hiasan tetapi ekspresi estetis hasil budi daya yang lekat dengan sejarah,” tuturnya.

Advertisement

Kehadiran Sekar Jagad ke Pamekasan selama beberapa kali membuat semangat pembatik Pamekasan semakin tumbuh. Dari awalnya pembatik hanya tersebar di 10 kecamatan, sekarang sudah ada di 13 kecamatan. Dari 1.000 pembatik, saat ini sudah berkembang menjadi lebih dari 2.000 pembatik.

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan batik harus dikembangkan agar menjadi mahakarya dunia. Batik memang terlihat kasat mata tetapi sarat nilai adiluhung. Garam dan karapan sapi menurutnya bukan menjadi produk unggulan Madura. Namun Madura saat ini tersohor karena produksi batiknya.

“Dulu membatik hanya menjadi pekerjaan sampingan tapi kini pola pekerjaan sampingan membatik jadi pekerjaan utama. Hal itu karena batik tidak hanya disukai di dalam negeri tetapi juga wisman [wisatawan mancanegara],” kata Sultan.

Menurutnya, dalam menghadapi perekonomian masa kini, konsep ekonomi berbagi harus bisa diwujudkan. Salah satu contohnya dengan pertukaran desain yang menghasilkan akulturasi motif dan pewarnaan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif