Jateng
Senin, 27 Maret 2017 - 02:50 WIB

PABRIK SEMEN PATI : Semangat Korban Aksi Semen Kaki Diharapkan Berlanjut

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Aktivis dari berbagai LSM memegang lilin saat melakukan doa bersama untuk Patmi di Semarang, Jateng, Kamis (23/3/2017) malam. (JIBI/Solopos/Antara/R. Rekotomo)

Pabrik PT Semen Indonesia di Rembang yang bakal mengeksplorasi gamping Pegunungan Rembang di eks Keresidenan Pati Jateng diharapkan bisa dibatalkan seiring kematian petani Patmi.

Semarangpos.com, JAKARTA — Meninggal dunianya salah seorang peserta aksi semen kaki untuk menolak pabrik PT Semen Indonesia di Rembang, Jawa Tengah diharapkan memunculkan semangat untuk melanjutkan perjuangannya. Pabrik semen yang bakal mengeksplorasi gamping Pegunungan Rembang di eks Keresidenan Pati, Jateng itu diharapkan bisa dibatalkan seiring kematian Ny. Patmi.

Advertisement

“Meskipun tidak ada, Ibu Patmi kami yakini menjadi simbol perjuangan dan akan memunculkan bara semangat untuk yang lainnya,” ujar aktivis buruh perempuan Tiasri Wiandani yang ditemui wartawan dalam aksi solidaritas Kendeng di depan Istana Merdeka kompleks Istana Kepresienan Jakarta, Kamis (23/3/2017).

Dalam aksi solidaritas itu, sejumlah aktivis memasang nisan, foto serta cor semen kaki Patmi. Tiasri yang mendampingi para petani Pegunungan Kendeng dalam melakukan aksi protes mengatakan semangat perjuangan Patmi akan selalu bersama mereka yang melanjutkan aksi tersebut.

Advertisement

Dalam aksi solidaritas itu, sejumlah aktivis memasang nisan, foto serta cor semen kaki Patmi. Tiasri yang mendampingi para petani Pegunungan Kendeng dalam melakukan aksi protes mengatakan semangat perjuangan Patmi akan selalu bersama mereka yang melanjutkan aksi tersebut.

Selama dua tahun mengenal Patmi, menurut dia, perempuan petani itu merupakan sosok luar biasa yang berjuang dari awal sejak mendengar kabar pendirian pabrik semen. “Ia seorang yang berkomitmen, solidaritas luar biasa, gigih, dan tidak pernah mengeluh,” kata Tiasri.

Keluarga Patmi, ucap dia, juga mengikhlaskan kepergian Patmi karena aksi yang dilakukan atas keinginan sendiri dan telah berjuang selama dua tahun terakhir. “Mereka bangga sebagai petani yang punya harga diri memperjuangkan tanahnya memikirkan masa depan anak cucu,” tutur dia.

Advertisement

Kematian Patmi menggerakkan aksi penolakan terhadap pabrik PT Semen Indonesia di Rembang yang bakal mengeksplorasi gamping Pegunungan Rembang di eks Keresidenan Pati, Jateng. Persoalannya kini bukan sekadar isu kelestarian lingkungan hidup, namun telah meluas ke arah penolakan eksekutif terhadap putusan yudikatif dalam kerangka negara demokrasi yang disepakati seluruh bangsa Indonesia.

Karena itu, aksi desakan dari berbagai kalangan di berbagai belahan Bumi ditujukan kepada eksekutif untuk mematuhi putusan Mahkamah Agung (MA) sebagai lembaga yudikatif di Republik Indonesia. Mahasiswa, aktivis lingkungan, lembaga swadaya masyarakat (LSM), serta warga dari beberapa daerah, seperti Bengkulu, Batang, Jepara, Indramayu, Malang, bahkan mereka yang kini berada di luar negeri tak henti menyerukan pesan senada.

Beberapa buruh, mahasiswa, dan aktivis pelestarian lingkungan hidup bahkan spontan turut menyemen kaki mereka dalam aksi-aksi solidaritas itu. Di Malang misalnya, puluhan aktivis Aliansi Malang Peduli Kendeng (AMPK) memprotes eksekutif dengan pakaian dan payung serba hitam. Mereka menuntut pemerintahan Presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla segera mengambil tindakan dan kebijakan yang berpihak kepada warga Kendeng.

Advertisement

Pengurus Tanfidziyah Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama Belanda (PCINU) Belanda juga turut bersuara keras atas pengabaian prinsip trias politika dalam demokrasi di era pemerintahan Presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla ini. PCINU Belanda menilai penerbitan kembali penerbitan kembali izin lingkungan penambangan pabrik semen Kendeng oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo tidak tepat.

Ketua Pengurus Tanfidziyah Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama Belanda Fachrizal Afandi dalam pernyataan sikap PCINU Belanda yang diterima Antara di London, Kamis, menilai yang dilakukan oleh almarhumah Patmi dan para petani pencinta kelestarian lingkungan Pegunungan Kendeng merupakan sikap amar makruf nahi munkar.

“Oleh karenanya, PCINU Belanda menyampaikan rasa berkabung atas berpulangnya Ibu Patmi warga Kendeng, seorang yang berjihad, berjuang menentang eksploitasi alam yang dilakukan oleh korporasi semen di Rembang,” katanya.

Advertisement

PCINU Belanda menilai izin baru tentang izin lingkungan penambangan dan pembangunan pabrik semen PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. di Kabupaten Rembang, Jateng telah menyeret Indonesia di ujung tanduk cara berhukum yang buruk. Izin itu jelas sudah memicu ketepurukan prinsip negara hukum yang makin kronis, nihilnya legitimasi sosial hak asasi manusia dan merobek-robek prinsip keadilan lingkungan.

PCINU Belanda bersimpati cukup mendalam terhadap perjuangan para warga Kendeng untuk mempertahankan kelestarian tanah kampung halaman mereka, mulai dari mendirikan tenda perjuangan di Kendeng, mengajukan gugatan ke pengadilan, aksi dipasung semen jilid pertama, aksi payung di depan Gubernuran Jateng, sampai aksi dipasung semen jilid II. “Kami juga memberikan dukungan sepenuhnya secara lahir dan batin terhadap perjuangan mereka, demikian Fachrizal Afandi.

Dalam kesempatan ini PCINU Belanda menyampaikan duka terdalam kepada Bu Patmi, semoga khusnul khotimah dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dan kelapangan. Menyayangkan sikap Gubernur Jateng Ganjar Pranowo yang telah melanggar putusan MA dan mempermainkan rakyatnya dengan menerbitkan kebijakan izin lingkungan yang baru. Untuk itu, PCINU Belanda mendorong agar Presiden Joko Widodo berani bersikap tegas membatalkan kebijakan izin lingkungan penambangan yang baru, dan mendorong keadilan bagi rakyat.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif