Jogja
Senin, 27 Maret 2017 - 13:20 WIB

KASUS LEPTOSPIROSIS : Dinkes DIY segera Beli 45 Kotak Leptotek

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Kasus leptospirosis mulai meresahkan di DIY

Harianjogja.com, JOGJA – Dinas Kesehatan DIY akan mengupayakan percepatan pengadaan alat pendeteksi dini leptospirosis untuk tahun anggaran 2017 seiring peningkatan kasus di awal tahun. Alat deteksi itu selanjutnya akan dibagikan ke daerah sesuai kebutuhannya.

Advertisement

Kepala Dinas Kesehatan DIY Pembayun Setyaningastutie mengakui banyaknya kasus leptospirosis di awal 2017 ini karena masih memasuki musim hujan. Oleh karena itu pihaknya berupaya memberikan perhatian, salahsatunya melalui deteksi awal untuk mengetahui kemungkinan seorang pasien menderita leptospirosis.

Alat deteksi yang bernama leptotek ini sejatinya telah tersedia di setiap kabupaten/kota dengan jumlah masing-masing satu kotak berisi 20 buah.

Menurutnya, pengadaan leptotek untuk tahun anggaran 2017 sebenarnya terjadwal pada Agustus mendatang. Jumlah pengadaan direncanakan 45 kotak. Karena kasusnya melonjak, pihaknya akan mengupayakan percepatan pengadaan alat tersebut.

Advertisement

“Kami akan upayakan sesuai kebutuhan kabupaten/kota. Sebenarnya akan ada pengadaan di bulan Agustus tahun ini [2017] melalui APBD [DIY] sebanyak 45 dos. Kami akan coba untuk percepat [pengadaan] karena banyaknya kasus,” ungkapnya, Minggu (26/3/2017).

Meski enggan menyebutkan jumlah anggaran yang disediakan untuk pengadaan alat tersebut. Namun Pembayun memberikan estimasi harga leptotek sekitar tiga tahun yang lalu sebesar Rp2,4 juta per kotak.

Dengan demikian minimal harus menyediakan anggaran Rp108 juta untuk mendapatkan 45 kotak peralatan deteksi leptospirosis itu. “Harga tiga tahun yang lalu sekitar Rp2,4 juta per dos [kotak],” ujarnya.

Advertisement

Meski akan mengupayakan lebih awal dari jadwal pengadaan, namun Pembayun belum bisa menyampaikan kapan pengadaan itu akan segera dilakukan. Selain karena perlu melakukan koordinasi dengan pengelola kegiatan pengadaan alat tersebut, juga dengan melihat kemungkinan adanya bantuan dari Kementrian Kesehatan.

“Kami perlu koordinasi dengan pengelola kegiatan, serta setelah adanya jawaban tentang bantuan serupa [leptotek] dari Kemenkes,” kata mantan Direktur RS Grhasia Pakem ini.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif