SOLOPOS.COM - Penari mementaskan tari kontemporer dengan ornamen fosfor saat acara Glowing Earth Hours di Agra Rooftop Bar & Lounge, di Alila Hotel Solo, Sabtu (25/3/2017) malam. (M. Ferri Setiawan/JIBI/Solopos)
Earth hour 2017 juga diperingati sejumlah hotel di Solo.
Solopos.com, SOLO – Sejumlah hotel di Solo berpartisipasi dalam peringatan Earth Hour 2017 dengan mematikan lampu-lampu penerangan di sejumlah ruangan selama satu jam, Sabtu (25/3/2017) malam.
Tepat pukul 20.30 WIB, lampu di ruang lobi dan lorong kamar Alila Hotels and Resorts dan Aston Hotel Solo di Jl. Slamet Riyadi dipadamkan. Sebagai pengganti penerangan ruangan tersebut, manajemen menyalakan lilin yang ditempatkan pada sejumlah lokasi.
Aston Hotel Solo bahkan menyalakan lilin membentuk angka 60+ di depan lobi sebagai bentuk dukungan terhadap gerakan Eart Hour. Memang tidak semua lampu di ruang hotel dipadamkan, seperti di lift dan kamar. Pemadaman lampu tersebut berlangsung selama satu jam sampai pukul 21.30 WIB.
Aston Hotel Solo bahkan menyalakan lilin membentuk angka 60+ di depan lobi sebagai bentuk dukungan terhadap gerakan Eart Hour. Memang tidak semua lampu di ruang hotel dipadamkan, seperti di lift dan kamar. Pemadaman lampu tersebut berlangsung selama satu jam sampai pukul 21.30 WIB.
General Manager Aston Hotel Solo, Nasir Mattusin, mengatakan pemadaman lampu selama satu jam tersebut mampu menghemat Rp7,5 juta-Rp15 juta.
“Pengematan gerakan Earth Hour cukup besar antara 10 persen-15 persen,” katanya kepada Solopos.com di lobi hotel tersebut.
Di Aston Hotel, staf hotel melakukan atraksi fire bottle juggling dan fire dance. “Kami menyajikan snack tradisional dan minuman gratis kepada para tamu dan pengunjung hotel,” ujar Public Relations Officer Aston Hotel, Virginia Anggistania.
Pihaknya juga membagikan tas ramah lingkungan kepada tamu dan pengunjung hotel sebagai bentuk gerakan ramah lingkungan. Marketing Manager Alila Hotels and Resorts, Bima Hartono, mengungkapkan dua tahun ini pihaknya terlibat dalam gerakan lingkungan ini.
Untuk menyemarakkan Eart Hour,Alila menggelar blind dinner di Agra Bar di lantai XXIX di mana pengunjung menikmati empat menu makan dan minum dalam kegelapan.
Ada juga performance music, dance, dan atraksi DJ di Agra Roof Top dengan penerangan lampu ultraviolet. “Para pengunjung tertarik dengan acara tersebut,” kata dia.
Salah seorang tamu Alila, Lilis Boom, menyambut baik kepedulian hotel mengikuti gerakan Earth Hour. Sementara itu, pegiat lingkungan hidup Gereja Katolik St. Antonius Purbayan menggelar wayang limbah Resik Eling (Resikling).
Wayang Sampah
Pergelaran wayang sampah berdurasi 30 menit itu menyampaikan pesan ajakan kepada masyarakat untuk menjaga lingkungan dan kebersihan serta merawat alam.
“Hewan, tumbuhan, semuanya harus dirawat. Bumi disediakan untuk kehidupan manusia. Kalau enggak dirawat, rusak. Hewan juga makhluk hidup bisa diajak berinteraksi,” kata Maria Karniati alias Biyung Nini, dalang wayang sampah Resikling di halaman gereja, Sabtu malam.
Maria menuturkan sampah yang diproduksi manusia membikin cemar lingkungan. Maka itu, manusia harus merawat alam supaya ekosistem tetap terjaga lestari jangan ada bencana.
“Ajaran untuk menjaga lingkungan sudah ada sejak nenek moyang. Mereka menganggap pohon besar atau mata air sesuatu yang keramat. Orang tidak ada yang berani merusak. Tapi bukan keramatnya jadi poin, pesan untuk melestarikan alam karena manusia berinteraksi dengan alam,” terang Maria.
Pegiat lingkungan hidup Gereja St. Antonius Purbayan, Denok Marty Astuti, mengatakan peringatan Earth Hour tahun ini merupakan kali kedua. Sebelumnya, peringatan digelar dengan pertunjukan macapat mulai untuk siswa TK, SD, SMP, sampai dewasa. “Harapannya kami bisa mengajak lebih banyak orang untuk hemat energi,” ujar Denok.