Soloraya
Minggu, 26 Maret 2017 - 19:40 WIB

Waduh, Hampir Separuh Sungai di Wonogiri Rusak karena Pendangkalan

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga Dusun Krisak Wetan, Desa Singodutan, Selogiri, Wonogiri, memperingati Hari Air Sedunia di Sungai Krisak, Minggu (26/3/2017). (Danur Lambang Pristiandaru/JIBI/Solopos)

Hampir separuh sungai di wilayah Wonogiri rusak karena pendangkalan dan pergeseran alur.

Solopos.com, WONOGIRI — Hampir separuh sungai dan kali di Wonogiri rusak karena pendangkalan dan perubahan alur.

Advertisement

Hal itu disampaikan Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Wonogiri, Bambang Haryanto, saat ditemui Solopos.com di Sungai Krisak, Dusun Krisak Wetan, Desa Singodutan, Selogiri, Wonogiri, Minggu (26/3). Dia mengatakan pendangkalan dan perubahan alur sungai dan kali di Wonogiri disebabkan berbagai macam faktor, salah satunya pola hidup masyarakat yang masih sering membuang sampah di sungai sehingga sedimen sungai semakin tinggi.

“Selain itu, penyebab pendangkalan sungai disebabkan penggunaan DAS [daerah aliran sungai] yang tak sesuai peruntukannya, seperti membuat lahan pertanian di DAS sehingga tanah menjadi terkikis dan mengendap di dasar sungai. Akibatnya sungai mengalami pendangkalan dan melebar,” ujarnya.

Dia memberi contoh salah satu sungai yang mengalami pendangkalan dan perubahan alur yang parah adalah Sungai Wiroko. Normalnya, sungai tersebut memiliki kedalaman 3 meter (m) dengan lebar 100 m. Namun karena tingginya sedimen, kedalaman sungai itu kini hanya 1,5 m dengan lebar 200 m.

Advertisement

Normalisasi aliran sungai bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah. Bambang mengatakan pola pikir masyarakat mengenai fungsi sungai juga harus diubah. DAS menjadi tempat yang rawan banjir dan kumuh apabila tidak dirawat oleh warga yang tinggal di sekitar DAS.

Salah satu upayanya adalah menyadarkan mereka ihwal manfaat yang didapat apabila aliran menjadi normal dan bersih. “Salah satu contohnya adalah Sungai Krisak. Sebelum dinormalisasi awal Oktober lalu, DAS Sungai Krisak, khususnya Dusun Krisak Wetan, menjadi daerah langganan banjir. Selain itu, aliran sungai sangat kumuh karena banyaknya sampah dan pohon-pohon bambu yang menjorok sampai badan sungai,” tambahnya.

Setelah dinormalisasi oleh sukarelawan dari Forum Pengurangan Risiko Bencana [FPRB] Wonogiri, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), dan warga sekitar, Dusun Krisak Wetan terhindar dari bencana banjir langganan. Sungai Krisak juga menjadi wahana permainan baru bagi anak-anak. BPBD juga membentuk komunitas sungai di Desa Singodutan bernama Singo Tirto Asri.

Advertisement

“Kami berharap Sungai Krisak menjadi pilot project upaya normalisasi sungai yang berbasis masyarakat. Apabila ada desa yang ingin menormalisasi sungai di dekat desa mereka, kami siap memfasilitasi. Sampai saat ini sudah ada empat komunitas sungai yang sudah terbentuk yakni di Kelurahan Giritirto, Desa Pule, Desa Kepatihan, dan Desa Singodutan,” sambungnya.

Terpisah, Ketua Singo Tirto Asri, Sarto, mengatakan setelah komunitas sungai terbentuk di Desa Singodutan, warga menjadi giat membersihkan aliran Sungai Krisak. “Dua bulan sekali kami bersama warga membersihkan aliran sungai. Kami bersyukur, kini Sungai Krisak menjadi tempat favorit warga karena bersih,” paparnya.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif