Jogja
Kamis, 23 Maret 2017 - 05:40 WIB

WISATA BANTUL : Desa Wisata Perlu Terapkan Mitigasi Bencana di Objek Wisata

Redaksi Solopos.com  /  Sumadiyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Salah satu adegan dalam simulasi dan pelatihan mitigasi bencana yang digelar di sela Refleksi 9 Tahun Gempa Bumi DIY di Lapangan Paseban, Rabu (27/5/2015) sore. (JIBI/arian Jogja/Arief Junianto)

Kawasan bukit Hargodumilah Piyungan yang terletak di perbatasan Bantul dengan Gunung Kidul, yang populer disebut Bukit Bintang.

Harianjogja.com, BANTUL-Desa Wisata di Kabupaten Bantul dinilai perlu memperhatikan dan menerapkan mitigasi bencana, di kawasan objek wisata (obwis) yang mereka kelola.

Advertisement

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bantul Dwi Daryanto mengatakan, jangan sampai hanya membuka kawasan wisata, tetapi tidak diperhitungkan dampak risiko bencana yang berpotensi terjadi di kawasan obwis.

Ia menyebut, masih ada sejumlah pengelola wisata yang belum memperhatikan pentingnya mitigasi bencana di obwis, terutama pula yang berada di zona rawan bencana. Misalnya saja, kawasan bukit Hargodumilah Piyungan yang terletak di perbatasan Bantul dengan Gunung Kidul, yang populer disebut Bukit Bintang. Selain itu obwis di perbukitan Mangunan, Dlingo, padahal obwis-obwis tersebut kerap dipadati wisatawan.

“Di Mangunan itu kan banyak bukit-bukit yang diperuntukkan sebagai obwis, tata ruangnya seperti apa belum tahu, termasuk risiko bencananya,” ujarnya.

Advertisement

Ia berharap pengelola kawasan wisata bisa memberikan rasa aman dan nyaman, kepada wisatawan. Termasuk, apabila ada bencana yang datang di obwis, minimal pengelola bisa mengarahkan wisatawan ke zona penyelamatan/evakuasi.

Ketua Koperasi Noto Wono Mangunan, Dlingo Purwo Harsono, menyambut positif adanya usulan tersebut. Pihak pengelola wisata di Mangunan memang belum banyak mengetahui titik-titik rawan bencana di kawasan obwis Mangunan, alasannya karena pihaknya belum mendapat banyak sosialisasi mengenai hal tersebut.

Kendati demikian, pengelola obwis selalu menggunakan naluri dalam memperkirakan potensi bencana yang terjadi di kawasan obwis. Karena menyelamatkan wisatawan adalah kewajiban pengelola obwis. Misalnya saat terjadi angin kencang di hutan pinus. Pihaknya mengimbau agar wisatawan segera menjauhi hutan, khususnya bila mendengar suara kayu patah.

Advertisement

“Ketika angin bertiup semakin kencang, cuaca memburuk, maka mereka mengimbau wisatawan meninggalkan lokasi wisata. Obwis kami tutup untuk sementara waktu sampai cuaca membaik, sebagai bentuk antisipasi di awal,” ungkapnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif