Jogja
Kamis, 23 Maret 2017 - 03:40 WIB

PENIPUAN DI BANTUL : Isu Klitih Jadi Ajang Pemerasan

Redaksi Solopos.com  /  Sumadiyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/Reuters)

Seorang warga Sedayu tertangkap karena memeras dan mengancam menggunakan isu klitih.

Harianjogja.com, BANTUL– Kasus kekerasan yang melibatkan anak-anak dan remaja alias klitih, di Bantul dimanfaatkan untuk berbuat kriminal. Seorang warga Sedayu tertangkap karena memeras dan mengancam menggunakan isu klitih.

Advertisement

Polsek Sedayu, Bantul menangkap perempuan berinisial Wln, 18 warga Dusun Kaliberot, Argomulyo, Sedayu, Bantul, Senin (20/3/2017) awal pekan lalu. Ia dijerat pasal 368 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) karena dituduh melakukan pemerasan terhadap korban ARR, siswa salah satu SMP di Sedayu.

Aksi pemerasan itu dilakukan awal Maret lalu saat isu klitih masih ramai di Jogja. Wln saat itu datang menemui korban di sekolahnya sembari menunjukkan surat yang diklaim dokumen kepolisian. Isinya bahwa polisi telah mengendus keberadaan anak-anak di SMP tersebut yang dituduh suka minum minuman keras.

Untuk mengamankan korban dan rekan-rekannya agar tidak ditangkap polisi, Wln meminta uang senilai Rp5 juta kepada korban. Apabila tidak dibayar sampai 20 Maret 2017, ia mengancam akan mendatangkan geng klitih dari Kota Jogja untuk menyerang mereka.

Advertisement

Akhirnya korban sepakat bertemu Wln pada Senin (20/3/2017) di sebuah sekolah SMA di Jogja dengan rencana penyerahan uang senilai Rp200.000. Pada saat penyerahan uang itu, Wln ditangkap oleh petugas Polsek Sedayu sekitar pukul 12.45. “Ternyata korban melaporkan kasus itu ke guru di sekolahnya, makanya direncanakan tangkap tangan,” kata Kapolsek Sedayu Kompol M. Nawawi, Rabu (22/3/2017).

Polisi menyita sejumlah barang bukti antara lain uang tunai senilai Rp200.000, sebuah telepon genggam, sebuah sepeda motor serta surat palsu yang digunakan mengancam korban. Wln kini mendekam di Polsek Sedayu setelah ditetapkan sebagai tersangka. Menurut Polsek sedayu, Wln melakukan pemerasan karena sakit hati dengan korban dan rekan-rekannya. Korban dan rekan-rekannya disebut kerap mengejek Wln yang juga alumni sekolah tersebut.

Adapun terkait kasus klitih Kepala Bagian Operasional (Kabag Ops) Polres Bantul Kompol Jan Benjamin mengatakan, saat ini lembaganya baru mendata kelompok yang diduga terlibat aksi klitih di Bantul. “Kami sedang investarisasi dan validasi datanya,” ujar Jan Benjamin.

Advertisement

Wakil Kapolres Bantul Kompol Dhanang Bagus Anggoro mengatakan, tidak semua anak-anak atau remaja yang nongkrong atau berkumpul merupakan kelompok klitih. “Tidak bisa sembarangan menyebut geng klitih. Dua rombongan yang diamankan terakhir [bukan klitih], mereka hanya asal kumpul setelah dapat info dari BBM [BlackBerry Mesenger],” papar Dhanang.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif