Jateng
Kamis, 23 Maret 2017 - 10:50 WIB

PENDIDIKAN SEMARANG : Pemkot Janji Bangun Jembatan untuk Siswa Jabungan

Redaksi Solopos.com  /  Imam Yuda Saputra  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi kegiatan belajar mengajar di sekolah dasar.(JIBI/Solopos/Antara)

Pendidikan di Semarang diwarnai dengan perjuangan siswa SDN Jabungan yang harus menyeberangi sungai untuk berangkat ke sekolah karena ketidakadaan jembatan.

Semarangpos.com, SEMARANG – Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang, berjanji akan segera membangun jembatan penghubung untuk membantu akses siswa SDN Jabungan, Kecamatan Banyumanik, Semarang, ke sekolah. Hal itu disampaikan Wakil Wali Kota Semarang, Hevearita G. Rahayu, yang miris melihat potret pendidikan di Kota Semarang yang ternyata masih menyedihkan.

Advertisement

“Kasihan anak-anak kalau harus melewati sungai, sangat berbahaya. Selain licin, aliran sungai sewaktu-waktu bisa deras,” kata perempuan yang akrab disapa Ita itu saat meninjau aktivitas siswa Sekolah Dasar (SD) Negeri Jabungan, Semarang, Selasa (21/3/2017).

Setiap hari para siswa SD Negeri Jabungan terpaksa menyeberangi Sungai Kethekan untuk berangkat maupun pulang sekolah karena tidak ada jembatan penghubung untuk akses mereka melintas.

Mereka memilih melewati sungai selebar 30 meter itu karena jaraknya lebih dekat ke sekolah daripada harus memutar melewati jalan raya yang jauhnya sekitar 2 kilometer.

Advertisement

“Yang paling cepat, langkah sementara akan dibuatkan jembatan gantung. Kami akan gandeng TNI yang punya program TMMD (TNI Manunggal Membangun Desa) untuk masuk ke wilayah Jabungan,” katanya.

Setidaknya, kata dia, jembatan gantung itu bisa berfungsi sementara untuk membantu akses siswa untuk berangkat dan pulang ke sekolah, termasuk memperlancar aktivitas masyarakat setempat.

“Nantinya, kami akan anggarkan dari APBD 2018 untuk pembangunan jembatan permanen. Perkiraan kami, kebutuhan anggaran untuk membangun jembatan permanen sekitar Rp7 miliar sampai Rp9 miliar,” kata Ita.

Advertisement

Warga Jabungan, Suratman, mengungkapkan bahwa dulu pernah ada jembatan dari bambu yang dibangun secara swadaya oleh masyarakat, tetapi jembatan penghubung itu hanyut akibat diterjang arus sungai yang deras.

“Sudah lama sekali. Ya, akhirnya anak-anak harus menyeberang sungai langsung. Paling hanya 10-15 menit sampai, namun kalau memutar bisa lebih lama karena jaraknya hampir 3 kilometer,” katanya.

Setidaknya, kata dia, ada empat dusun di Kelurahan Jabungan yang anak-anaknya bersekolah di SD Negeri Jabungan dan praktis setiap hari harus melewati Sungai Kethekan.

Menurut dia, dalam kondisi normal arus sungai relatif tenang, namun sewaktu-waktu bisa berubah menjadi deras terutama setelah turun hujan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif