Jogja
Kamis, 23 Maret 2017 - 04:20 WIB

LEPTOSPIROSIS KULONPROGO : Nyeri di Betis & Gangguan Urine? Hati-hati

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi leptosprirosis (Dok/JIBI)

Leptospiroses Kulonprogo dalam tiga bulan mengakibatkan empat nyawa melayang

Harianjogja.com, KULONPROGO — Terdapat empat kasus kematian akibat penyakit leptospirosis selama tahun 2017 di Kulonprogo. Jumlah ini tergolong tinggi karena terjadi dalam kurun waktu tiga bulan. Adapun masyarakat seringkali terlambat mengenal ciri-cirinya.

Advertisement

Baca Juga : LEPTOSPIROSIS KULONPROGO : 4 Kasus Kematian Dalam 3 Bulan

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Kulonprogo, Baning Rahayujati menyampaikan masyarakat seringkali terlambat menyadari indikasi penyakit ini, salah satunya berupa demam yang disertai nyeri betis dan gangguan pada urine. Hal ini diperburuk dengan ketiadaan alat deteksi di puskemas sehingga ketika dibawa ke rumah sakit kondisi sudah parah dan tak tertolong. Padahal, RSUD Wates mampu menangani penyakit tersebut salah satunya dengan cuci darah.

Cuaca buruk beberapa waktu terakhir menjadi penyebab utamanya semakin tingginya angka kemunculan penyakit ini. Curah hujan tinggi menyebabkan tikus semakin mudah berkembang biak. Ia mengakui jika jumlah kematian relatif lebih banyak karena kematian akibat penyakit yang sama berjumlah 5 kasus sepanjang tahun 2016 lalu. Selain itu, kemunculan leptospirosis sepanjang tahun lalu juga hanya mencapai 23 kasus. Namun, ia mengatakan harus dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan ini sebagai jumlah yang tinggi karena Kulonprogo merupakan daerah endemik leptospirosis.

Advertisement

Menghadapi kondisi ini, Dinas Kesehatan Kulonprogo berupaya meningkatkan sosialisai dan pelayanan melalui puskemas di berbagai daerah. Sejumlah pencegahan kepada masyarakat juga telah disampaikan untuk meningkatkan kualitas kebersihan hidup. Baning menyebutkan jika pembiasaan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) menjadi satu-satunya cara mengindarkan diri dari penyakit ini.

Terpisah, Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wates, Lies Indriyati mengatakan, bakteri leptospira relatif mudah menyebar ke mana pun dengan dibawa tikus. Dia menekankan agar jangan ada tikus di rumah. Luka terbuka di areal tubuh juga harus dihindarkan terkena air kotor seperti comberan karena dikhawatirkan mengandung kencing tikus. Masyarakat juga diimbau menggunakan alat pelindung diri saat beraktivitas di tempat beresiko, misalnya membersihkan selokan. Pelindung tersebut bisa berupa sarung tangan atau sepatu bot. Setelah selesai, mencuci tangan dan kaki dengan sabun menjadi hal wajib karena deterejen pada sabun cukup efektif membunuh bakteri tersebut.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif