Jogja
Selasa, 21 Maret 2017 - 20:05 WIB

UNIVERSITAS AISYIYAH JOGJA : Peran Sentral Bidan dalam Penanganan Pasien

Redaksi Solopos.com  /  Sumadiyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sejumlah pembicara dalam seminar nasional Health Technology Assesment Pengelolaan HIV/AIDS dalam Kebidanan di Kampus Universitas Aisyiyah (Unisa), Sabtu (18/3/2017). (Harian Jogja/Arif Wahyudi)

Seminar yang digelar oleh Program Studi (prodi) S2 Kebidanan Unisa itu pun memberikan sejumlah gambaran peran vital para bidan.

Harianjogja.com, JOGJA-Sebanyak 400 orang yang berkecimpung dalam dunia kebidanan mengikuti seminar nasional Health Technology Assesment Pengelolaan HIV/AIDS dalam Kebidanan di Kampus Universitas Aisyiyah (Unisa), Sabtu (18/3/2017). Seminar yang digelar oleh Program Studi (prodi) S2 Kebidanan Unisa itu pun memberikan sejumlah gambaran peran vital para bidan dalam penanganan pasien yang terinfeksi HIV/AIDS dan sedang dalam masa menyusui.

Advertisement

Ketua Prodi S2 Kebidanan Unisa Mohammad Hakimi dalam kesempatan itu banyak menjelaskan beragam peran vital seorang bidan. Hakimi mengungkapkan, praktik kebidanan didefinisikan sebagai asuhan terampil berpengetahuan dan penuh kasih untuk perempuan yang akan melahirkan, bayu baru lahir, dan di keluarga di seluruh konstinum dari pra kelahiran hingga pasca kelahiran.
Adapun karakteristik inti kebidanan meliputi pengoptimalan proses biologis, psikologis, sosial dan budaya, reproduksi serta kehidupan awal yang normal.

Jika dilakukan oleh bidan yang terdidik, terlatih, berlisensi dan diregulasi maka praktik kebidanan akan menyebabkan penggunaan sumber daya yang efisien serta peningkatan hasil. Bidan paling efektif ketika terintegrasi ke dalam sistem kesehatan dalam konteks kerjasama tim yang efektif, mekanisme rujukan dan sumber daya yang cukup.

Advertisement

Jika dilakukan oleh bidan yang terdidik, terlatih, berlisensi dan diregulasi maka praktik kebidanan akan menyebabkan penggunaan sumber daya yang efisien serta peningkatan hasil. Bidan paling efektif ketika terintegrasi ke dalam sistem kesehatan dalam konteks kerjasama tim yang efektif, mekanisme rujukan dan sumber daya yang cukup.

Lebih lanjut Hakimi menjabarkan, bidan memiliki peran sentral dalam penyampaian teknologi kesehatan dan memiliki posisi yang baik untuk berpartisipasi dalam penapisan teknologi kesehatan (HTA). Dalam persiapan untuk praktik kontemporer maka bidan harus dipersiapkan dalam pendidikan untuk penggunaan teknologi kesehatan yang aman dan kompeten serta dapat mengevaluasi secara kritis efeknya pada konsumen dan sistem perawatan kesehatan.

Dosen Prodi S2 Kebidanan Unisa Mufdillah yang juga menjadi pemateri dalam kesempatan itu banyak menjelaskan tentang persyaratan pemberian ASI pada kasus ibu yang terinfeksi HIV/AIDS agar tidak menular ke bayinya.

Advertisement

Menurut Mufdillah, ibu yang positif HIV dapat memberikan ASI ekslusif pada bayinya selama 12 bulan. Cuma syaratnya si ibu harus mengonsumsi obat ARV selama periode menyusui dan hal-hal ini dapat memberikan keuntungan pada bayi serta risiko tertular HIV sangat sedikit.

Kendati begitu, masih ada pula persyaratan yang lain agar risiko HIV tidak tertular ke bayi.

“Pertama ibu telah patuh minum ARV 100 persen selama minimal enam bulan sebelum persalinan dan ARV diteruskan. Kemudian viral load tidak terdeteksi dalam darah dan ARV dianjurkan terus,” jelas dia.

Advertisement

Persyaratan lainnya, tidak ada lecet atau luka pada puting susu ibu atau pun pada mulut bayi. Selanjutnya bayi juga harus mendapatkan profilaksis ARV selama enam pekan. Terakhir tentu saja ibu harus mendapatkan bimbingan dari dokter atau pun bidan tentang cara menyusui yang benar.

“Di sinilah peran bidan. Dia harus mampu memberikan konseling pada ibu hamil positif HIV sehubungan dengan keputusannya memberikan susu formula atau ASI ekslusif,” tandasnya.

Para bidan juga harus bisa memberikan kepada ibu positif HIV tentang cara memberi makan bayi mereka dan memastikan bayi menerima asupan nutrisi cukup. Bidan juga harus mampu menekankan kepada ibu dengan HIV positif untuk menyusui secara ekslusif jika memungkinkan dan jika tidak maka menjelaskan makanan pengganti dan kerugiannya.

Advertisement

Pembicara lainnya menghadirkan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) Ova Emilia. Dalam pemaparannya Ova lebih banyak menjelaskan tentang definisi, pencegahan dan prinsip dasar penanganan pasien HIV/AIDS.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif