Jogja
Selasa, 21 Maret 2017 - 12:55 WIB

LEPTOSPIROSIS GUNUNGKIDUL : 10 Nyawa Melayang, Mayoritas Tinggal di Daerah Pertanian

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/Reuters)

Leptospirosis Gunungkidul Renggut Sepuluh Nyawa di Gunungkidul

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL – Masyarakat Gunungkidul, khususnya yang tinggal di kawasan pertanian diminta mewaspadai terhadap keberadaan hama tikus. Selain berpotensi merusak tanaman, hewan ini juga berpotensi menyebarkan penyakit leptospirosis.

Advertisement

Data dari Dinas Kesehatan Gunungkidul menyebutkan, sebaran penyakit leptospirosis melonjak tajam bila dibandingkan dengan jumlah kasus yang terjadi di 2016 lalu. Memasuki akhir Maret, warga yang terkena penyakit itu mencapai 34 jiwa. Dari jumlah itu, sepuluh warga di ataranya meninggal dunia. Sementara, di tahun lalu hanya tiga orang yang meninggal karena leptospirosis.

Salah satu daerah yang banyak terkena penyakit ini terjadi di Kecamatan Patuk. Di kecamatan yang berbatasan dengan wilayah Bantul ini terdapat enam orang mati karena penyakit tersebut. Selain itu, empat kasus lainnya tersebar merata di wilayah Kecamatan Gedangsari dan Nglipar.

Camat Patuk Haryo Ambar Suwardi membenarkan di wilayahnya terdapat warga yang meninggal dunia karena leptospirosis. Peristiwa tersebut terjadi sekitar tiga minggu lalu, salah satunya terjadi di Desa Terbah.

Advertisement

Di desa ini, kata Ambar, terdapat lima warga yang meninggal dunia. Dari pemeriksaan tim medis, tiga di antaranya mati karena leptospirosis. Sedang dua lainnya disebabkan karena sudah tua dan menderita penyakit lainnya.

“Adanya kasus kematian karena leptospirosis, kami langsung gencar melakukan sosilisasi yang diikuti dengan gerakan pemberantasan hama tikus,” katanya kepada Harian Jogja, Senin (20/3).

Dia menjelaskan, adanya kasus ini juga sudah dilaporkan ke bupati. Diharapkan dengan adanya laporan tersebut maka ditindaklanjuti dengan upaya pencegahan penyebaran penyakit secara intensif.
“Harapannya tidak ada lagi warga Patuk yang meniggal karena leptospirosis,” katanya.

Advertisement

Hal tak jauh berbeda diungkapkan oleh Anggota DPRD DIY asal Kecamatan Nglipar, Slamet. Menurut dia, di daerahnya tersebut sudah ada laporan dua warga yang meninggal karena leptospirosis.

“Kedua warga ini berasal dari Desa Pilangrejo,” katanya.

Menurut dia, pemkab harus melakukan tindakan nyata untuk upaya pencegahan. Hal ini dibutuhkan agar jumlah kasus atau pun sebaran penyakit leptospirosis tidak semakin luas.

“Selain tindakan penangulangan juga harus diberikan sosialisasi untuk pencegahan dan antisipasi agar tidak terjangkit penyakit yang kebanyakan disebabkan karena air seni tikus itu,” ulas Politikus Golkar ini.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif