Soloraya
Selasa, 21 Maret 2017 - 21:15 WIB

Bocah Klaten Tewas Diserang Puluhan Tawon

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sri Haryati, 35, menunjukkan bekas sengatan tawon di kepala anaknya, Arleta Lutfi Ayudiawati, 7. Foto diambil di rumah mereka di Desa Kadilajo, Karangnongko, Selasa (21/3/2017). (Taufiq Sidik Prakoso/JIBI/Solopos)

Seorang bocah di Klaten tewas setelah disengat puluhan tawon di desanya.

Solopos.com, KLATEN — Tiga bocah asal Dukuh Karangeri, RT 010/RW 004, Desa Kadilajo, Kecamatan Karangnongko, Klaten, diserang kawanan tawon yang bersarang di permukiman mereka, Sabtu (18/3/2017).

Advertisement

Satu dari tiga bocah itu meninggal dunia. Ketiga anak yang diserang tawon adalah Andita Priyani, 5, Arleta Lutfi Ayudiawati, 7, dan Dea, 9. Tawon bersarang di pohon melinjo di kebun tak jauh dari rumah mereka.

Warga setempat menyebut tawon yang bagian tubuhnya terdapat garis kuning itu sebagai tawon gong. Peristiwa bermula saat ketiga anak itu bermain di kebun di tengah permukiman, Dukuh Karangeri, tak jauh dari rumah mereka, Sabtu sekitar pukul 17.00 WIB.

Advertisement

Warga setempat menyebut tawon yang bagian tubuhnya terdapat garis kuning itu sebagai tawon gong. Peristiwa bermula saat ketiga anak itu bermain di kebun di tengah permukiman, Dukuh Karangeri, tak jauh dari rumah mereka, Sabtu sekitar pukul 17.00 WIB.

Awalnya, mereka bersepeda dan berhenti di sekitar pohon melinjo dan berniat mengambil daunnya. Saat mengambil daun, tawon yang bersarang di pohon itu menyerang ketiga anak hingga mereka berusaha mengusirnya.

Banyaknya tawon yang menyerang membuat ketiga anak itu kewalahan. Dea berlari ke rumahnya. Begitu pula Arleta. “Dari cerita anak saya, tawon itu ditampleki. Anak saya kemudian mengambil daun pisang dan menutupkannya di kepala sembari berlari. Karena tawon masih berada di kepalanya, saya yang panik kemudian memukuli [tawon-tawon] dengan sandal. Kalau jumlahnya sekitar 10 ekor tawon ada di kepalanya,” kata Sri Haryati, 35, ibunda Arleta saat ditemui Solopos.com di rumahnya, Selasa (21/3/2017).

Advertisement

Mereka lantas dibawa ke rumah sakit. Dea dan Arleta dibawa ke RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro dan opname selama dua hari. “Anak saya sudah pulang Senin sore. Dea juga sudah diperbolehkan pulang,” kata Haryati.

Sementara itu, Andita yang paling banyak disengat tawon dibawa keluarganya ke salah satu rumah sakit di wilayah Kalasan, Sleman, DIY. “Saat itu, kondisi anak tersebut masih sadarkan diri. Saat diperiksa di rumah sakit itu kondisinya juga baik-baik saja, badannya tidak demam dan detak jantungnya normal. Namun, tubuhnya banyak yang luka. Ada bekas-bekas sengatan tawon. Yang paling banyak di kepala,” kata kakek Andita, Sutomo.

Setelah mendapatkan perawatan, Andita dibawa pulang. Namun, murid TK Pertiwi Kadilajo itu mengalami sesak napas dan mual dalam perjalanan pulang sekitar pukul 21.30 WIB. “Langsung dilarikan ke rumah sakit di Manisrenggo,” ungkap nenek Andita, Warini.

Advertisement

Sesampainya di rumah sakit, Andita yang lahir pada 13 April 2012 meninggal dunia. Anak pertama pasangan Saktipriyanto dan Ana Apriliani itu dimakamkan pada Minggu (19/3/2017). “Kalau anaknya itu setiap mau bermain ke mana pasti pamit. Mainnya juga tidak jauh-jauh dari rumah,” kata Warini.

Sementara itu, Kepala Desa Kadilajo, Suradi, mengatakan sarang tawon yang menyerang tiga anak itu berdiameter sekitar 70 sentimeter. Tak diketahui secara persis sejak kapan tawon-tawon itu membuat sarang di pohon melinjo. Namun, sebelum peristiwa serangan tawon itu, tiga orang dewasa juga diserang tawon saat berada di sekitar pohon tersebut.

“Akhirnya kami melapor ke Pemadam Kebakaran [Damkar] untuk memusnahkan sarang tawon. Karena antre, sarang tawon baru bisa dimusnahkan Senin [20/3/2017],” urai dia.

Advertisement

Meski sudah dimusnahkan, warga masih trauma dan tak berani mendekat di sekitar lokasi. Hingga Senin, tawon-tawon masih berkeliaran di sekitar pohon.

Suradi mengatakan sebelum dilarikan ke rumah sakit, ketiga bocah itu sempat dibawa ke rumah salah satu warga setempat. “Mereka dibawa ke rumah warga bernama Manto Suwarno. Di sana ada peninggalan zaman dulu berupa keris. Biasanya dengan ditempeli keris itu sakit seperti kena bisa ular sembuh. Namun, di rumah warga itu anak-anak tersebut minta diperiksakan ke rumah sakit,” ungkapnya.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif