Jogja
Senin, 20 Maret 2017 - 00:21 WIB

KEKERASAN JOGJA : Ditindaktegas, Pelaku Klithih Menangis

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Kekerasan Jogja, pelaku masih di bawah usia.

Harianjogja.com, JOGJA – Tidak semua pelaku terlibat aksi klithih yang membuat hilangnya nyawa Ilham Bayu Fajar sepenuhnya merasa menyesal. Tim pendamping dari Lembaga Perlindungan Anak (LPA) DIY menyatakan ada pelaku yang tidak menyesali perbuatannya. Ada pula pelaku yang saat diperiksa kepolisian, dengan santai menyampaikan keinginannya untuk segera pulang ke rumah agar bersekolah lagi.

Advertisement

Baca Juga : KEKERASAN JOGJA : Ada Pelaku yang Ingin Pulang untuk Kembali Bersekolah

Menanggapi pernyataan LPA bahwa para pelaku tidak sepenuhnya menyesal atas perbuatannya, Kapolresta Jogja Kombes Pol Tommy Wibisono menegaskan, hal itu sah-sah saja. Karena kalau dari kepolisian lebih mengarah pada proses penyidikan guna mencari pembuktian, sehingga tidak terlalu masuk pada ranah psikologi. Selain itu, soal menyesal atau tidak para pelaku, hal itu tentu pendamping yang memiliki parameter. Akantetapi, dalam setiap pemeriksaan, pihaknya selalu menghadirkan pendamping dan berupaya memenuhi hak-hak anak.

“Kalau itu [menyesal atau tidak] kan psikologi ya kami tidak mendalami, kalau kami kan tidak detail ke sana, masalah menyesal atau tidak itu kan parameternya ada. Setiap pemeriksaan selalu kami hadirkan LPA dan Bapas [Balai Pemasyarakatan],” ungkap Tommy.

Advertisement

Meski demikian, Tommy melihat ada salahsatu di antara mereka yang menangis setelah mengetahui petugas menindaktegas dengan melakukan penahanan.

“Kalau nangis ada, saya lihatnya nangis pikirannya sudah kosong, dia kaget ternyata ditindak tegas ya, ternyata ditangani dengan serius, dipenjara,” ujarnya, Sabtu (18/3/2017)

Tommy menambahkan, pihaknya menetapkan enam tersangka, sedangkan dua lainnya masih dalam pengembangan. Dari enam tersebut lima tersangka yang berusia di atas 14 tahun dititipkan di tahanan khusus anak di Polsek Ngampilan, sedangka satu tersangka yang berusia di bawah 14 tahun dititipkan di Dinas Sosial DIY. Meski lima pelaku dititipkan di tahanan khusus anak, namun ia memastikan, mereka ditahan di balik jeruji besi sehingga melakukan berbagai aktivitas mulai dari makan, minum, mandi di dalam penjara.

Advertisement

“Mereka mungkin memperkirakan kalau di bawah umur tidak diproses itu salah besar. Tetapi diproses, kami taruh di dalam penjara, kita sel di ruang tahanan. Tetapi selnya khusus tidak dicampur dengan tahanan lain, tetapi tetap dikurung dia, nggak bisa keluar, kencing di situ tidur juga [di dalam tahanan],” ungkapnya.

Guna mengantisipasi aksi klithih, Tommy mengerahkan sebagian besar pasukannya untuk melakukan patroli dari Sabtu (18/3/2017) malam hingga Minggu (19/3/2017) pagi. Ia kembali meminta kepada para orangtua di Kota Jogja jangan coba-coba membiarkan anaknya berusia remaja keluyuran malam hingga dinihari. Karena itu bisa berpotensi menjadikan anak tidak hanya sebagai pelaku namun juga bisa menjadi korban.

Kepala Badan Kesbangpol DIY Agung Supriyanto menyatakan, untuk mengantisipasi aksi klitih, perlu mengintensifkan peran masyarakat untuk menjadikan situasu agar tetap kondusif. Ia menilai tindakan yang telah dilakukan para pelaku sudah menghilangkan rasa kemanusiaan.

“Apa yang sudah dilakukan itu menghilangkan rasa kemanusian, empati hilang. Inilah yang menjadi karakteristik watak dari orang jogja itu seakan menjadi hilang. Mereka sudah tidak menghargai sesepuh lagi, keluar dari halaman bleyer-bleyer, gejala ini menjadi catatan masyarakat ke depan,” tegas Agung saat diskusi penanganan klithih di DPRD DIY.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif