Jogja
Sabtu, 18 Maret 2017 - 19:20 WIB

UANG BARU : BI Sosialisasikan Uang Baru di Lingkungan Pesantren

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Santri dan warga di sekitar Pondok Pesantren Krapyak antusias mengikuti pemaparan uang rupiah emisi 2016 dalam Sosialisasi Ciri-ciri Uang Rupiah Tahun Emisi 2016 oelh Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) DIY, Jumat (17/3/2017). (Holy Kartika N.S/JIBI/Harian Jogja)

Uang baru masih terus disosialisasikan

Harianjogja.com, JOGJA-Ratusan santri dan masyarakat di sekitar Pondok Pesantren Krapyak mengikuti Sosialisasi Ciri-ciri Uang Rupiah Tahun Emisi 2016, Jumat (17/3/2017).

Advertisement

Acara yang diselenggarakan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) DIY ini merupakan bagian dari edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat tentang uang baru.

Kepala KPwBI DIY, Budi Hanoto mengatakan uang emisi tahun 2016 belum lama diluncurkan oleh Bank Indonesia di akhir tahun lalu. Untuk itu, diperlukan semacam pemahaman agar masyarakat secara umum dapat mengetahui uang tersebut.

“Berbagai isu yang terjadi, kami berupaya untuk mencerahkan pemahaman masyarakat tentang uang rupiah yang baru ini,” ujar Budi saat memberikan sambutan kepada peserta sosialisasi.

Advertisement

Budi mengatakan ada 11 uang pecahan yang diterbitkan Bank Indonesia per 19 Desember 2016 lalu. Peredarannya pun dilakukan secara serentak, sehingga sesuai dengan tahun edaran uang baru itu.

Sosialisasi ini juga merupakan tindak lanjut sebagaimana tertuang dalam Undang-undang nomor 7/2011 tentang uang mata uang. Budi menjelaskan dalam sosialisasi disampaikan sesuai amanat undang-undang tersebut penggunaan mata uang rupiah di wilayah negara kesatuan Republik Indonesia adalah wajib.

“Maka dari itu, kami perlu untuk menyampaikan bahwa mata uang rupiah merupakan alat pembayaran paling konvensional yang harus digunakan di Indonesia,” jelas Budi.

Advertisement

Ketua Yayasan Ali Maksum, Afif Muhammad menyambut baik acara tersebut. Pasalnya, selama ini uang baru belum banyak diketahui dan dikenal baik di lingkungan pondok pesantren ini. Terutama ketika uang baru tersebut dibelanjakan di warung dan pemilik warung masih enggan menerima uang tersebut.

“Menyangkut isu-isu miring tentang uang rupiah baru yang marak dibicarakan, melalui sosialisasi ini kami berharap mendapatkan informasi langsung dari Bank Indonesia,” ujar Afif.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif