News
Jumat, 17 Maret 2017 - 08:00 WIB

KISAH INSPIRATIF : Loper di Klaten Ini Pasang Strategi Beli Koran Bisa Tukar Nasi Bungkus & Beras

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Edy Kuncoro, 44, warga Desa Troso, Karanganom, Klaten siap mengganti koran-koran yang dibeli pelanggan dengan nasi bungkus melalui sistem tukar tambah. (Taufiq Sidik/JIBI/Solopos)

Kisah inspiratif dari seorang loper koran di Klaten.

Solopos.com, KLATEN — Di saat semakin mudahnya masyarakat mengakses informasi, beragam inovasi dilakukan pelaku media cetak agar karya mereka tetap menarik minat orang untuk membaca. Tak hanya pelaku media, para loper pun melakukan beragam cara agar koran yang mereka tawarkan bisa laku.

Advertisement

Hal itu seperti yang dilakukan salah satu loper di Kabupaten Bersinar bernama Edy Kuncoro, 44. Pria asal Desa Troso, Kecamatan Karanganom itu memiliki cara tersendiri guna merangsang warga membeli koran.

“Saat ini kan media cetak mulai kalah sama media online dan elektronik. Saya bikin masukan dengan nama beli koran dijamin wareg [kenyang]. Pada masa kejayaannya saya bisa menjual hingga 200 eksemplar setiap harinya,” kata pria yang akrab disapa Gondrong itu saat ditemui wartawan di Alun-alun Klaten, Kamis (16/3/2017) siang.

Advertisement

“Saat ini kan media cetak mulai kalah sama media online dan elektronik. Saya bikin masukan dengan nama beli koran dijamin wareg [kenyang]. Pada masa kejayaannya saya bisa menjual hingga 200 eksemplar setiap harinya,” kata pria yang akrab disapa Gondrong itu saat ditemui wartawan di Alun-alun Klaten, Kamis (16/3/2017) siang.

Inovasi yang dimaksud Edy yakni warga bisa menukarkan kembali koran yang sudah mereka beli dengan nasi bungkus. “Istilahnya tukar tambah. Setiap beli sama saya, setelah mereka baca koran-koran itu bisa ditukar dengan nasi bungkus selama persediaannya masih ada,” ungkapnya.

Cara tersebut sudah dilakukan Edy tiga tahun terakhir. Saban hari, ia membawa puluhan hingga seratusan nasi bungkus guna persediaan bagi orang-orang yang ingin menukarkan koran mereka.

Advertisement

Edy menuturkan para pembeli korannya bisa mengembalikan dan menukarkan dengan nasi bungkus berikut uang tambahan sesuai harga nasi yang ia jual. Saban hari, Edy membawa sekitar 50 nasi bungkus.

“Saat membeli itu biasanya saya tawarkan dulu, mau tukar nasi atau tidak. Kalau memang mau tukar nanti saya kembali lagi ambil korannya. Misal harga nasi bungkus Rp7.000 lalu harga koran Rp3.000, tinggal menambah Rp4.000,” katanya.

Koran Bekas Tukar Beras

Advertisement

Selain bisa tukar tambah nasi bungkus, ia pun bersedia melakukan sistem barter koran bekas dengan beras. Seperti saat ditemui Kamis siang, di sepeda motor matic yang ia kendarai, terdapat beras seberat 50 kg.

“Tadi bawa 1,5 kuintal sekarang tersisa setengah kuintal. Pembeli juga bisa menukar koran dengan beras sesuai harganya. Bisa saja dengan koran bekas,” urai dia.

Cara tersebut ternyata cukup berhasil untuk menjajakan koran-koran yang ia bawa. Sekitar 100 eksemplar koran bisa ia jual setiap harinya. Sementara, koran-koran yang ia bawa pulang dikembalikan serta sebagian ia jual sebagai pengganti biaya nasi bungkus atau beras.

Advertisement

Edy mengaku sudah puluhan tahun menjadi loper koran. Kegiatannya menjual koran sempat terhenti ketika ia mengikuti ajang pemilihan bintang sinetron pada era 1990an.

“Saya sempat vakum karena ikut pemilihan bintang sinetron region Jawa Tengah dan Jogja. pada 1997 saya ke Jakarta dan ikut main beberapa film,” katanya.

Saban hari, Edy berkeliling menjual koran sejak pukul 07.00 WIB setelah ia mengantarkan anak-anaknya sekolah. Edy memiliki tiga anak dan istrinya bernama Wasilatun Roshidah, 31, saat ini hamil tiga bulan.

Berbagai wilayah ia jelajahi seperti wilayah Karanganom, Jatinom, Kantor Samsat, SPBU Jonggrangan, serta RSI Klaten agar koran-koran laku.  Ia pun tak jarang menjual koran dengan harga seikhlasnya jika masih banyak koran yang belum laku selepas pukul 15.00 WIB.

“Ada yang belum Cuma Rp1.000 walau harga aslinya Rp6.000. Tetapi, ada yang pernah membeli koran harganya Rp4.000 tetapi membayar Rp100.000. Saat saya carikan kembalian justru tidak mau diterima,” ungkapnya.

Salah satu pedagang di Alun-alun Klaten, Kawito, 57, tak menampik Edy kerap melakukan sistem tukar tambah dari koran-koran yang ia jual. “Kalau saya biasanya tukar dengan koran lain,” urai warga Desa Pakisan, Kecamatan Cawas.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif