News
Rabu, 15 Maret 2017 - 17:00 WIB

Curhat WNI di Tengah Sentimen Anti-Pendatang Jelang Pemilu Belanda

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Politikus ultrakanan Belanda dari Partai PVV, Geert Wilders, seusai memberikan suara dalam Pemilu Belanda di The Hague, Belanda, Rabu (15/3/2017). (JIBI/Solopos/Reuters//Dylan Martinez)

WNI di Belanda menjadi salah satu kelompok yang khawatir dalam Pemilu Belanda kali ini.

Solopos.com, JAKARTA — Pemilu Belanda hari ini, Rabu (15/3/2017), yang diwarnai kemunculan Partai PVV pimpinan Geert Wilders yang antimuslim dan antipendatang, mau tidak mau membuat warga asal Indonesia di negara itu mulai khawatir.

Advertisement

Wakil Ketua Persatuan Muslim Eropa Eddy Sandino, yang sehari-hari mengelola Masjid Al Hikmah tempat sebagain warga Indonesia berkumpul mengaku mulai khawatir, meski belum sampai tingkat sangat menakutkan. “Tapi kita agak khawatir juga walau tidak menjadi ketakutan. Soalnya masalah-masalah seperti itu baru muncul belakangan. Dulu rasanya tidak ada,” ujarnya dikutip bbc.co.uk, Rabu (15/3/2017).

Eddy sudah memiliki partai politik pilihannya, namun yang pasti bukan partainya Wilders. Eddy berharap PVV tidak akan menjadi partai pemerintah atau masuk dalam koalisi pemerintahan sehingga tidak akan banyak perubahan dalam politik Belanda.

“Saya punya partai yang saya dukung, tapi sebetulnya ada beberapa partai yang hampir sama, mirip-mirip, yaitu anti-Wilders karena cara pikirnya itu tidak logis,” tambah Eddy yang akan punya hak pilih pertama kali setelah menjadi warga negara Belanda dua tahun lalu.

Advertisement

Sepanjang pengetahuan Eddy yang 35 tahun tinggal di Den Haag, tidak ada insiden rasisme atas warga muslim Indonesia di Belanda. Akan tetapi, dia mulai khawatir jika yang jadi pemenang adalah Wilders.

Seorang warga Indonesia yang bergabung dengan komunitas Al Hikmah, Wati Cahyono yang juga sudah puluhan tahun tinggal di Belanda mengaku pernah mendapat pertanyaan di tempat kerjanya tentang jilbab yang dia pakai. Namun, setelah itu tak pernah ada masalah.

“Alhamdulillah, selama saya memakai jilbab tidak ada yang pernah mengganggu. Tapi di kantor saya pernah ditanya ‘kenapa kamu harus pakai jilbab?’. Saya menjawab ‘karena saya muslim, saya pribadi wajib mengenakan jilbab’. Mereka mengerti dan tidak ada masalah lagi,” ujarnya.

Advertisement

Sementara itu, bagi seorang warga non-muslim Indonesia di Belanda, pemilu ini tak terlalu membawa pengaruh. Murni Yanti Hutagaol yang menikah dengan pria Belanda, mengaku ingin pulang ke Indonesia suatu saat nanti. Namun hal itu bukan karena Wilders atau sentimen antipendatang, melainkan lebih karena masalah cuaca.

“Di sini dingin, dan kalau sudah pensiun kami mungkin mau pulang ke Indonesia,” tutur karyawan di sebuah kantor pekerjaan umum di Den Haag, yang tetap mempertahankan kewarganegaraan Indonesia karena rencana pulang kampungnya itu.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif