Jogja
Senin, 13 Maret 2017 - 07:20 WIB

KEKERASAN JOGJA : Ini yang Ilham Lakukan Terakhir Kali untuk Ayahnya

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Puluhan pelajar dari SMP PIRI 1 Kota Jogja melayat di rumah duka korban pembacokan, Minggu (13/3/2017). (Sunartono/JIBI/Harian Jogja)

Kekerasan Jogja kali ini memakan korban jiwa.

Harianjogja.com, JOGJA — Ilham Bayu Fajar, pelajar SMP tewas seketika setelah dibacok dengan celurit mengenai dada. Ia meninggal di pangkuan kakaknya.

Advertisement

Sirine mulai terdengar dari rumah duka meski ambulan masih mengaspal di Jalan Gedongkuning Selatan. Para pelayat pun menjejakkan kaki untuk beranjak dari tempat duduk. Tepat pukul 11.40 WIB, ambulan yang mengangkut jenazah Ilham memasuki halaman rumah berpagar beton tiga meter. Di sebuah teras yang cukup luas, belasan ibu-ibu mengerumuni wanita paruh baya dengan nada menguatkan. Namun wanita itu tak berhenti terisak, dan terus memberontak, lalu sebentar pingsan dan bangun lagi, entah sudah berapa volume air mata yang ia keluarkan. Dia adalah Retno Supandini, ibu kandung almarhum Ilham Bayu Fajar.

Seorang wanita mengambil kursi lipat untuk tempat duduk Retno. Ketika peti jenazah sudah di atas persemayaman, Retno berusaha menjangkau dengan langkah gontai. Sembari merapal doa, Retno menatap nanar jenazah anaknya melalui ujung peti yang terbuka.

Tedy Efriansyah, ayah Ilham lebih tabah dibanding Retno. Ia mampu mengendalikan emosinya. Berdiri tegar di depan peti jenazah anaknya. Pria kelahiran 46 tahun silam itu juga lebih banyak berkomunikasi dengan para pelayat. Ilham merupakan anak kedua dari empat bersaudara di keluarga ini.

Advertisement

Tedy berusaha mengenang komunikasi terakhir dengan anaknya. Sekitar pukul 22.00 WIB, Sabtu (13/3/2017), ia meminta Ilham untuk mematikan mesin pendorong air di samping rumahnya. Ilham pun dengan cekatan berlari menunaikan tanggungjawab yang diberikan ayahnya. Setelah itu, berangkat keluar rumah karena diajak kakaknya, Fernando untuk merayakan ulang tahun temannya.

Namun di atas pukul 00.00 WIB, ketukan pelan pintu gerbang tinggi rumahnya menjadi kabar buruk bagi Tedy. Teman-teman Fernando mendatangi rumahnya. Membawa kabar, jika Ilham terkena sabetan senjata tajam. Saat itu Tedy masih tegar, ia mengira hanya terkena sabetan di tangan dengan luka kecil. Seakan tak percaya, namun ia harus menerima fakta, bahwa Ilham telah tiada saat ia tiba RS Hidayatullah yang hanya berjarak sekitar tiga kilometer dari rumahnya.

“Perkiraan saya, dia meninggal di pangkuan kakaknya, makanya kakaknya itu masih syok,” ucap dia.

Advertisement

Keluarga korban menyerahkan kasus itu sepenuhnya kepada polisi, untuk mengungkap dan menindak pelakunya. Jika aksi klithih oleh usia pelajar kembali memakan korban jiwa, maka meningkatkan pengawasan terhadap anak, bisa menjadi salahsatu solusi. Guna menekan aksi kekerasan dilakukan pelajar atau yang lazim disebut klithih. Jika tidak, anak anda bisa menjadi pelaku atau korban selanjutnya, mau?

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif