Soloraya
Kamis, 9 Maret 2017 - 22:15 WIB

REVITALISASI PABRIK GULA SRAGEN : Serba 9 dan Simbol Harapan Masa Depan PG Mojo

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Wabup Sragen Dedy Endriyatno (kanan) memotong tumpeng di hadapan Manager PG Mojo Sragen Bambang Sutrisno saat prosesi selamatan revitalisasi di PG Mojo Sragen, Kamis (9/3/2017). (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Revitalisasi pabrik gula Sragen, revitalisasi PG Mojo ditandai dengan resepsi dengan simbol serbasembilan.

Solopos.com, SRAGEN — Tanaman perdu menghijau menjadi pemandangan di dalam ruangan produksi Pabrik Gula (PG) Mojo Sragen, Kamis (9/3/2017). Ruang yang biasa digunakan untuk lalu lalang para pekerja selama proses giling tebu itu disulap menjadi ruang pertemuan.

Advertisement

Backdrop berukuran jumbo terpasang dengan foto kepala negara dan pernik-pernik tulisan dan gambar. Layar besar itu menutupi berbagai peralatan produksi PG yang sudah usang dimakan usia. Mesin-mesin berkarat itu sudah berumur lebih dari 100 tahun karena ada sejak 1888.

Di bagian tengah ruang terdapat deretan meja. Sembilan tumpeng nasi putih dengan daging ayam utuh dan aneka sayuran tersaji di meja itu. Tumpeng paling besar berada di meja paling depan yang juga berukuran besar.

Advertisement

Di bagian tengah ruang terdapat deretan meja. Sembilan tumpeng nasi putih dengan daging ayam utuh dan aneka sayuran tersaji di meja itu. Tumpeng paling besar berada di meja paling depan yang juga berukuran besar.

Para pejabat PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IX dan pimpinan daerah Kabupaten Sragen duduk di kursi yang jumlahnya sembilan di depan backdrop. Sementara puluhan tamu undangan menduduki kumpulan kursi bersaf di belakang deretan tumpeng.

Hari itu digelar prosesi selamatan dimulainya revitalisasi PG Mojo menjadi PG modern dan champion milik badan usaha milik negara (BUMN) itu. Selamatan itu berlangsung dengan memilih waktu serba sembilan, yakni tanggal 9 Maret 2017 pukul 09.00 WIB.

Advertisement

Tumpeng-tumpeng yang jumlahnya sembilan itu juga dipotong sembilan pejabat. Pemotongan tumpeng dimulai oleh Dirut PTPN IX Budi Adi Prabowo, dilanjutkan jajaran Direksi PTPN IX kemudian Wabup Dedy Endriyatno dan pimpinan daerah lainnya.

Dedy menapat giliran ketiga untuk memotong tumpeng. Nasi dari potongan tumpeng itu diberikan kepada Manager PG Mojo Sragen, Bambang Sutrisno, disertai doa dan harapan semoga PG Mojo lebih maju dan menjawab tantangan menjadi peluang.

Semula Dedy sangat berharap PG Mojo direlokasi ke wilayah utara Bengawan Solo karena PG itu terletak di tengah Kota Sragen. Namun, harapan itu bertepuk sebelah tangan ketika berdiskusi panjang dengan Dirjen Perkebunan.

Advertisement

Dalam diskusi beberapa waktu lalu, Dedy mengungkapkan kebutuhan relokasi PG ternyata butuh dana Rp2,1 triliun. “Dengan relokasi ini, saya sangat berharap rendemennya bisa mencapai 12% agar nasib petani lebih baik. Jumlah petani tebu di Sragen berlimpah. Bahkan sampai muncul anekdot yang berbunyi bila ada politikus ingin menang dalam pesta demokrasi maka dekatilah petani tebu,” tuturnya.

Luasan areal perkebunan tebu di Sragen lebih dari 7.000 hektare. Manager PG Mojo Bambang Sutrisno mengakui sebagian besar tebu Sragen lari ke luar daerah. Selama lima tahun terakhir, PG Mojo hanya mengakomodasi 300.000 ton tebu dengan rendemen 7,2% atau setara dengan 22.000 ton gula.

“Lewat revitalisasi, PG Mojo bisa melakukan efisiensi lebih besar sehingga hasilnya bisa dinikmati petani. Selama ini, PG dan petani ada mekanisme bagi hasil dengan perbandingan 34%:66% untuk rendemen maksimal 6% dan 30%:70% untuk rendemen di atas 6%. Pada skema bagi hasil itu petani berada di bagian 66% atau 70%,” imbuhnya.

Advertisement

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif