Soloraya
Selasa, 7 Maret 2017 - 02:00 WIB

Muncul Gas Panas, Sumur Warga Bendungan Sragen Tak Layak Konsumsi

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Garis polisi dipasang di sekitar sumur warga Dukuh Bendungan RT 004, Desa Dawungan, Masaran, Sragen, Selasa (14/2/2017). (Istimewa/Polsek Masaran)

Sumur warga Bendungan Sragen dinilai tak layak konsumsi.

Solopos.com, SRAGEN — Sumur warga Bendungan Sragen tak layak konsumsi, sebelumnya sumur itu mengeluarkan gas panas. Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sragen menyatakan air sumur milik pasangan suami istri Suparmin, 41, dan Sri Sulasti, 39, di Dukuh Bendungan RT 004, Desa Dawungan, Kecamatan Masaran, Sragen tidak layak konsumsi karena mengandung bakteri E-coli tinggi.

Advertisement

Pernyataan itu didasarkan pada hasil laboratorium kesehatan atas sampel air yang diambil pada Jumat (17/2/2017) lalu.

Penjelasan itu disampaikan Kabid Kesehatan Masyarakat (Kesmas) DKK Sragen, Fanny Fandani, saat dihubungi Solopos.com di sela-sela rapat kerja di Semarang, Jumat (3/3/2017) siang. Fanny mengirimkan keterangan hasil laboratorium kesehatan tersebut kepada Solopos.com lewat fasilitas Whatsapp.

Hasil laboratorium kesehatan itu keluar pada Selasa (28/2/2017) lalu. Hasil analisa kandungan E-coli pada air sumur itu mencapai 2.400 padahal batas maksimalnya hanya 1.000. Selain itu kandungan Mangan (Mn) juga melebihi batas maksimal yakni sampai 0,81 mg per liter padahal batas maksimalnya hanya 0,5 mg per liter.

Advertisement

“Hasil uji laboratorium itu sudah kami sampaikan kepada pemilik sumur yang bersangkutan. Kami juga memberikan kaporit pada sumur warga itu untuk mengurangi kandungan bakteri E-colinya. Dari penjelasan warga yang bersangkutan, air sumur itu memang tidak dikonsumsi tetapi hanya digunakan untuk mencuci. Warga tersebut menggunakan air dari PDAM [Perusahaan Daerah Air Minum] untuk konsumsi harian,” tutur Fanny.

Dia menjelaskan dengan kandungan E-coli yang tinggi maka air sumur itu tidak layak konsumsi. Dia menduga sumur itu jarang dikuras dan jarang digunakan sehingga kandungan bakteri E-colinya tinggi.

“Saya tidak tahu kalau panas. Soalnya saat mengambil sampel airnya tidak panas tetap pada suhu normal ruangan. Kalau ada panasnya, saya tidak tahu,” ujarnya.

Advertisement

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sragen, Nugroho E.P., saat ditemui Solopos.com menyampaikan DLH sempat mengambil sampel air sumur itu untuk diuji laboratorium. Sampai sekarang, Nugroho belum menerima hasil uji laboratorium itu. “Saya mendengar dari DKK malah sudah turun,” tambahnya.

Sebelumnya, sumur milik Suparmin dan Sri Sulastri itu mendadak panas pada Selasa (14/2) lalu. Polsek Masaran sempat menutup lokasi sumur sedalam 20 meter itu dengan police line untuk antisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Anggota Polisi Desa Masaran, Tri Setyawan, mengatakan sepekan terakhir suhu air di sumur itu memang sudah menurun, yakni dari panas menjadi hangat.

Kalau sekarang, Tri tidak memantau suhu air sumur itu. “Yang jelas kalau air PDAM mati, ya warga menggunakan air sumur itu untuk memasak dan sebagainya,” imbuhnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif