Jogja
Senin, 6 Maret 2017 - 19:55 WIB

BATIK BANTUL : Batik Klasik Tetap Dipertahankan

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi batik (JIBI/Harian Jogja/Antara)

Batik Bantul tetap mempertahankan motif klasik

Harianjogja.com, BANTUL-Pemerintah Kabupaten Bantul akan terus mempertahankan batik tulis dengan motif klasik dan teknik pewarnaan ala lawasan.

Advertisement

Seperti dikemukakan oleh Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud) Kabupaten Bantul Sunarto, pada Minggu (5/3/2017). Alasan dipertahankannya batik tulis dengan motif klasik itu, karena motif tersebut ternyata memiliki pasar tersendiri. Bahkan batik klasik itu, membidik pasar ekspor, salah satunya Jepang.

Meski tidak dapat menghafal satu per satu motif tradisional batik Bantul, ia meyakini motif khas Bantul tidak dapat lepas dari motif batik Jogja seperti parang, nitik, dan kembang kates.

Menurut dia, batik Bantul masih memerlukan sejumlah modifikasi, agar semakin diminati oleh konsumen. Namun ia tidak setuju penggunaan teknik modifikasi batik dengan menggabungkannya bersama kain tenun dari daerah lain, karena tidak sesuai pakem sehingga kurang pas.

Advertisement

Salah seorang perajin batik dengan motif tradisional yakni Budi Harjono mengatakan, pihaknya menjadikan batik dengan motif tradisional sebagai keunggulan produknya dibanding batik lain yang dijual.

Ia menyebutkan beberapa motif batik tradisional yang terus ia produksi adalah parang rusak, parang seling, kawung, kawung prabu, sekar jagat, nitik. Budi mengaku semakin semangat dalam mempertahankan produksi batik tradisional, karena pemerintah juga mendukung pelestarian motif yang dikenal memiliki makna filosofi khusus tadi.

“Di pasaran, batik Bantul dengan ciri itu walau motifnya sederhana, tapi banyak disukai,” kata dia.

Advertisement

Ketika ditanyai soal angka produksi, Budi mengatakan, dalam sebulan industri kerajinan batik yang dimilikinya bisa memproduksi sekitar dua ribuan lembar kain batik cap. Sedangkan angka batik tulis kombinasi hanya sekitar seratus lembar per bulan.

Selanjutnya, batik tulis keseluruhan diproduksi dalam jumlah lebih kecil, yakni sekitar 30 lembar per bulan.

Di luar negeri, imbuh dia, ia memasarkan batik-batik hasil produksinya ke Malaysia, Thailand, Filipina, dan Singapura.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif