Jateng
Sabtu, 4 Maret 2017 - 20:50 WIB

PERTANIAN JATENG : Produksi Turun, Festival Buah Kurang Variatif

Redaksi Solopos.com  /  Imam Yuda Saputra  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Salah seorang petugas tengah merapikan bunga-bunga yang ada di stan miliknya dalam acara Festival Buah Jateng II 2017 di halaman depan Gedung Pemprov Jateng, Jl. Pahlawan, Semarang, Sabtu (4/3/2017). Acara yang menampilkan berbagai buah unggulan hasil pertanian Jateng itu digelar hingga Minggu (5/3/2017). (Imam Yuda Saputra/JIBI/Semarangpos.com)

Pertanian di Jateng, dua tahun terakhir terkendala anomali cuaca yang membuat hasil bumi, seperti produksi buah-buahan menurun.

Semarangpos.com, SEMARANG – Cuaca ekstrem yang melanda sebagian besar wilayah Jawa Tengah (Jateng) dalam dua tahun terakhir menyebabkan produksi hasil pertanian maupun perkebunan menurun. Meski demikian, kondisi itu tak menghalangi Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jateng untuk menggelar Festival Buah Jateng II 2017.

Advertisement

Selama dua hari, yakni Sabtu-Minggu (4-5/3/2017), di halaman depan Gedung Pemprov Jateng, Jl. Pahlawan, Semarang, Pemprov Jateng menggelar Festival Buah Jateng II 2017. Beraneka jenis buah-buahan dari berbagai kabupaten/kota di Jateng disajikan dalam pameran ini.

Sayang, buah-buah yang ditampilkan dalam festival itu kurang bervariasi. Buah-buahan seperti mangga hampir tidak ada tampak. Sementara, buah-buahan yang selama ini jadi komoditas unggulan pertanian di Jateng, seperti durian, duku, sawo hingga buah naga, jika pun ada jumlahnya tidak terlalu signifikan.

Advertisement

Sayang, buah-buah yang ditampilkan dalam festival itu kurang bervariasi. Buah-buahan seperti mangga hampir tidak ada tampak. Sementara, buah-buahan yang selama ini jadi komoditas unggulan pertanian di Jateng, seperti durian, duku, sawo hingga buah naga, jika pun ada jumlahnya tidak terlalu signifikan.

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Jateng, Yuni Astuti, membenarkan jika festival kali ini kurang variatif. Kondisi ini tak lain disebabkan anjloknya produksi buah-buahan di Jateng akibat anomali cuaca sepanjang tahun 2016 kemarin. Meski demikian, kondisi itu tak menghalangi pihaknya untuk menggelar kembali Festival Buah Jateng.

“Festival ini bertujuan untuk memotivasi petani agar lebih giat dalam meningkatkan produksi pertanian, terutama buah-buahan. Selain itu, juga untuk menampilkan keunggulan produksi buah-buahan yang kita miliki dan mendorong masyarakat untuk lebih banyak mengonsumsi buah-buahan karena besar manfaatnya,” ujar Yuni saat dijumpai wartawan di sela Festival Buah Jateng.

Advertisement

Cabai rawit merah itu rata-rata dijual lebih murah dibanding yang ada di pasaran. Sekilo cabai rawit merah di festival itu dijual Rp60.000 atau lebih murah dua kali lipat lebih dari harga di pasaran. Sontak kondisi ini pun membuat stan-stan yang menjual komoditas seperti cabai rawit dan bawang merah dibanjiri pengunjung.

Terpisah, salah satu petani asal Jenawi, Karanganyar, Sayudi, yang turut serta dalam festival itu membenarkan jika produksi buah-buahan saat ini tengah mengalami penurunan. Bahkan, untuk turut serta dalam festival ini pihaknya tak bisa membawa buah-buah yang selama ini menjadi unggulan di daerahnya, seperti duku dalam jumlah besar.

“Kami hanya mampu membawa duku sekitar 9 kilogram. Itu pun tidak kami jual, karena untuk diperlombakan. Kalau durian Matesih, tidak ada karena saat ini cukup langka,” tutur Sayudi.

Advertisement

Selain menyajikan berbagai stan yang menjual buah-buahan dan komoditas pertanian lain, Festival Buah Jateng II 2017 itu juga diisi berbagai acara, seperti lomba mengukir buah, lomba mewarnai buah, dan lomba buah unggulan Jateng.

Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, yang hadir untuk membuka acara itu berharap ke depan buah-buahan yang menjadi produk unggulan pertanian Jateng bisa diekspor ke mancanegara. Terlebih lagi, beberapa waktu yang lalu pihaknya sempat bertemu dengan Duta Besar Indonesia untuk Rusia yang tertarik untuk mengikutsertakan produksi pertanian Jateng dalam suatu festival di negara tersebut.

“Agustus nanti kita diminta ikut festival di Moskow. Tentu ini menjadi peluang kita untuk menampilkan produksi pertanian. Di sana satu biji rambutan dihargai Rp60.000. Kalau bisa seperti itu tentu menjadi peluang pasar bagi para petani di Jateng,” beber Ganjar.

Advertisement

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif