Jogja
Jumat, 3 Maret 2017 - 12:20 WIB

Uang Baru "Eman-Eman" Buat Belanja, Warga Pakem Pilih Menyimpannya

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga memerhatikan petugas dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPBI) DIY yang menjelaskan tentang uang rupiah dalam Sosialisasi, Edukasi dan Penukaran Uang Rupiah di Kantor Kecamatan Pakem, Sleman, Kamis (2/3/2017). (Holy Kartika N.S/JIBI/Harian Jogja)

Uang baru masih menjadi barang langka bagi warga Pakem

Harianjogja.com, SLEMAN– Sejak mulai diterbitkan akhir tahun 2016 lalu, uang rupiah baru mulai menarik perhatian masyarakat. Sayangnya, tidak semua masyarakat dapat mengakses layanan penukaran uang yang dipusatkan di Bank Indonesia.

Advertisement

Seperti sejumlah warga Kecamatan Pakem dari berbagai desa yang mendatangi kendaraan kas keliling untuk sekadar menukarkan beberapa lembar uang rupiah baru.

Uang rupiah baru bagi Yuni, warga Dusun Sawungan, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, masih terlihat begitu asing. Selama ini, dia hanya menyaksikan uang rupiah edisi baru itu melalui siaran televisi atau koran. Bahkan, melihat wujud uang tersebut secara langsung juga belum pernah.

Advertisement

Uang rupiah baru bagi Yuni, warga Dusun Sawungan, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, masih terlihat begitu asing. Selama ini, dia hanya menyaksikan uang rupiah edisi baru itu melalui siaran televisi atau koran. Bahkan, melihat wujud uang tersebut secara langsung juga belum pernah.

“Saya penasaran dan ingin tukar uang lama dengan yang baru. Mumpung sekarang ini layanan penukarannya di kecamatan, saya sempatkan datang,” ujar Yuni saat ditemui di sela acara Sosialisasi, Edukasi dan Penukaran Uang Rupiah di Pendapa Kecamatan Pakem, Kamis (2/3/2017).

Di antar suami, Yuni yang menggendong anak laki-lakinya itu mengambil nomor antrean dan dengan sabar menanti dibukanya layanan penukaran uang. Tidak banyak uang yang akan dia tukarkan, hanya beberapa bendel uang pecahan Rp5.000, Rp10.000 atau Rp20.000.

Advertisement

“Setiap belanja belum pernah dapat uang kembalian dari uang baru. Makanya, saya penasaran seperti apa bentuk uang ini,” ungkap Yuni.

Uang baru diterbitkan salah satunya bertujuan untuk menggantikan uang lama yang sudah rusak atau tidak layak pakai lagi. Tidak seperti Yuni yang ingin memiliki uang baru karena penasaran dengan bentuk dan desainnya. Siti Maryamah, warga Disun Magersari, Desa Candi Binangun mengaku sudah lama memiliki beberapa lembar pecahan uang baru. Namun, kali ini motivasinya menukarkan uang lama hanya untuk disimpan.

“Eman-eman [sayang] kalau dipakai untuk belanja, jadi paling mau saya simpan saja. Paling nanti kalau dipakai saat Lebaran, untuk dibagi-bagikan,” kata Siti.

Advertisement

Siti mengatakan uang pecahan baru saat digunakan untuk bertransaksi di pasar, beberapa pedagang masih asing dengan penampakan uang rupiah ini. Apalagi penyebaran uang baru ini area perdagangan masih terbatas, sehingga jarang ditemui dalam bentuk uang kembalian saat berbelanja.

“Hampir tidak ada pedagang yang memberi kembalian dengan uang baru. Lagipula sayang juga kalau untuk dipakai membeli barang,” imbuh Siti.

Bahkan, tidak hanya di pasar ataupun mini market saja yang jarang mengeluarkan kembalian dengan uang baru. Sejumlah anjungan tunai mandiri atau ATM juga masih mengeluarkan uang rupiah edisi lama.

Advertisement

Advertisement
Kata Kunci : Uang Baru
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif