Jogja
Jumat, 3 Maret 2017 - 11:55 WIB

BENCANA SLEMAN : Banjir Kali Boyong, Bronjong Penahan Embung Jebol

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Bronjong penahan embung dialiran Kali Boyong, Hargobinangun, Pakem, jebol. Pemerintah kecamatan Pakem meninjau lokasi jebolnya kawat akibat hujan deras pada Rabu (1/3/2017) lalu. (Mayang Nova Lestari/JIBI/Harian Jogja)

Bencana Sleman terjadi berupa banjir di Kali Boyong

Harianjogja.com, SLEMAN— Tak kuat menahan aliran air akibat hujan deras yang terjadi Rabu (1/3/2017) pagi hingga petang kawat atau bronjong penahan embung di aliran Kali Boyong, Hargobinangun, Pakem, jebol. Akibatnya saluran irigasi terputus, dan warga mengalami kerugian mencapai jutaan rupiah.

Advertisement

Kepala Dukuh Wonorejo, Monika Esti mengatakan bronjong sepanjang 30 meter dengan kedalaman sungai empat hingga lima meter jebol karena tak mampu menahan arus air yang cukup deras pada Rabu sore lalu.

“Hujannya cukup deras, kemungkinan dari Merapi aliran air cukup banyak namun daya tampung embung yang kecil tidak kuat menahan,” kata dia.

Kawat yang jebol diperkirakan terjadi sekitar pukul 17.30 hingga pukul 18.00 WIB. Material penahan embung di aliran Kali Boyong tersebut hanya berupa tumpukan batu-batu besar, batu pasir, serta bronjong atau kawat. Minimnya material yang digunakan untuk menahan embung serta derasnya aliran air membuat daya tampung embung menjadi maksimal.

Advertisement

Dampak jebolnya bronjong tersebut, lanjut Monika, saluran aliran irigasi ke sejumlah dusun di Desa Hargobinangun terpaksa harus terputus. Selain itu, selama ini embung dimanfaatkan oleh sejumlah kelompok penambang di Wonorejo untuk budidaya ikan atau pemancingan harus terbawa arus.

Bronjong yang dibangun pada 2015 lalu oleh salah satu PT yang melakukan aktivitas penambangan di wilayah tersebut dibangun sebagai kompensasi dan kepedulian kepada warga Wonorejo. Embung seluas 2.000 meter persegi tersebut pada waktu terakhir menampung sejumlah ikan seperti Nila, Bawal, Lele diakui sudah dalam ukuran besar dan siap panen.

“Embung ini murni dikelola warga masyarakat, kalau diperkirakan kerugian mencapai Rp1 juta hingga Rp2 juta,” kata dia.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif