Jogja
Rabu, 1 Maret 2017 - 06:40 WIB

KEBENCANAAN SLEMAN : Puluhan Titik Potensi Longsor Baru Ditemukan di Prambanan

Redaksi Solopos.com  /  Sumadiyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi tanah longsor. (JIBI/Solopos/Antara)

 

Titik-titik potensi longsor tersebut satu sama lainnya memiliki penanganan berbeda-beda.

Advertisement

Harianjogja.com, PRAMBANAN– Sedikitnya 40an titik potensi longsor baru di wilayah Prambanan ditemukan oleh Forum Pengurangan Resiko Bencana (FPRB) Prambanan Bandung Bondowoso. Data tersebut baru data awal penelitian yang dilakukan di dua desa, Bokoharjo dan Gayamharjo.

Ketua Forum Pengurangan Resiko Bencana (FPRB) Prambanan Bandung Bondowoso Prawoto Brewok menjelaskan, data potensi longsor baru ditemukan di Bokoharjo, Gayamharjo dan sebagian di Sambirejo. “Itu masih data kotor, dan perlu diperdalam lagi. Jadi belum seluruh desa di Kecamatan Prambanan. Pendataan kami lakukan per desa setidaknya satu dan dua bulan lagi selesai,” ujarnya kepada Harian Jogja, Selasa (28/2/2017).

Jika pendataan di enam desa di Prambanan selesai dilakukan, pihaknya akan melengkapi potensi lahan berpotensi longsor tersebut lengkap dengan foto dan titik koordinatnya. Tidak hanya itu, FPRB Prambanan Bandung Bondowoso juga akan melampirkan rekomendasi terkait penanganan potensi longsor tersebut.

Advertisement

“Kami akan melengkapi dengan rekomendasi terkait penanganan titik potensi longsor tersebut. Tujuannya agar nanti ada tindakan atau penanggulangan yang tepat untuk mengantisipasi ancaman longsor di lokasi tersebut,” papar Brewok.

Menurutnya, titik-titik potensi longsor tersebut satu sama lainnya memiliki penanganan berbeda-beda. Apakah cukup dipasang bronjong atau perlu dengan pembangunan talut. Bisa juga wilayah yang berpotensi longsor tersebut ditanami pepohonan yang tepat. “Jadi kami tidak berhenti dalam penelitian, tetapi butuh tindakan penanggulangannya,” ujarnya.

Selama melakukan penelitian potensi longsor baru, FPRB Prambanan Bandung Bondowoso dari segi pendanaan beroperasi secara swadaya. Alat-alat yang digunakanpun masih pinjaman. “Seperti alat global positioning system atau GPS, kami belum memiliki peralatan sendiri. Jadi masih pinjam. Padahal GPS dibutuhkan untuk menentukan titik koordinat dan mengukur kemiringan lokasi,” ujarnya.

Advertisement

Terpisah, Ketua Forum Komunikasi Komunitas Relawan Sleman (FKKRS-Sleman), Yoga Nugroho Utomo mengamini temuan puluhan titik longsor baru tersebut. Menurutnya, temuan titik potensi longsor baru oleh FPRB Prambanan Bandung Bondowoso tersebut kondisinya sudah cukup kritis. “Itu belum termasuk yang potensi longsor baru yang belum kritis, jadi membutuhkan antisipasi sejak dini,” katanya.

Dia mencatat, sebelumnya terdapat sekitar 20 titik longsor yang berhasil dipetakan di wilayah Prambanan. Jumalh tersebut bertambah sekitar 47 titik baru yang ditemukan di dua desa. Dengan demikian, sampai saat ini total potensi longsor yang tercatat berjumlah 67 titik. “Salah satunya, longsor di Kali Nongkolor Gayamharjo yang sebelumnya tidak masuk peta potensi longsor,” katanya.
Sebelumnya, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Sleman Makwan mengatakan, sampai saat ini BPBD Sleman belum melakukan pemetaan baru terkait potensi longsor di wilayah Prambanan. Meski begitu, BPBD sudah mengantongi data lama lokasi atau titik-titik potensi longsor di kawasan tersebut. Menurutnya, desa-desa di wilayah Prambanan hampir semuanya memiliki potensi bencana longsor. Di Bokoharjo, misalnya, dusun yang memiliki potensi bencana longsor meliputi, Dusun Dawung dan Cepit.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif