Jateng
Selasa, 28 Februari 2017 - 03:50 WIB

BENCANA JATENG : Wonosobo Dituntut Jaga Daerah Aliran Sungai

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi banjir (JIBI/Solopos/Dok.)

Bencana banjir di Wonosobo, Jateng bisa dicegah jika pemkab setempat benar-benar memperhatikan daerah aliran sungai sekitar.

Semarangpos.com, SEMARANG — Bencana alam banjir dan tanah longsor di Wonosobo, Jawa Tengah (Jateng) mestinya bisa dicegah jika pemerintah kabupaten setempat benar-benar menjaga kelestarian lingkungan hidup di daerah aliran sungai sekitar. Karena itulah, Pemerintah Kabupaten Wonosobo diminta menjaga daerah aliran sungai sehingga tetap berfungsi efektif sebagai daerah resapan air.

Advertisement

Permintaan agar Pemkab Wonosobo lebih peduli terhadap kelestarian lingkungan hidup di daerah aliran sungai itu disampaikan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air dan Tata Ruang Jawa Tengah Prasetyo Budie Yuwono di Kota Semarang, Senin (27/2/2017). “Kami juga meminta BBWS [Balai Besar Wilayah Sungai] untuk mengecek daerah aliran sungai. Jika ada bangunan di bantaran sungai yang bisa menghambat aliran air, maka kami minta dibongkar saja,” sambung Prasetyo Budie Yuwono.

Ia menjelaskan bahwa banjir di kawasan dataran tinggi Dieng, Kabupaten Wonosobo, setelah terjadi hujan deras, Minggu (26/2/2017) lalu, disebabkan tanah longsor yang terjadi di lereng Gunung Perahu yang kemudian menutup aliran Sungai Serayu yang paling ujung, dekat mata air. Kerusakan lingkungan hidup itulah yang diyakini berdampak pada terjadi genangan air.

Genangan air kemudian mengikis tanah longsoran yang menghambat aliran sungai dan ketika tanah tersebut hanyut, genangan air yang volumenya sudah tinggi, akhirnya turun bersamaan. “Tadi malam saya ‘ngecek’, air banjirnya keruh dan itu karena bercampur tanah dari longsoran Gunung Perahu karena kebetulan sore itu hujan deras, jadi volume airnya bertambah,” ujarnya.

Advertisement

Menurut dia, longsornya tebing Gunung Perahu disebabkan adanya perubahan tata guna lahan karena daerah yang seharusnya menjadi resapan air, berubah menjadi lahan pertanian kentang. “Termasuk menebang pohon perdu yang bisa berfungsi menahan tanah longsor,” ucapnya.

Prasetyo mengakui kalau Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo pernah menginstruksikan petani di Dieng untuk meningkatkan kapasitas produksi kentang. “Tapi hal itu seharusnya diimbangi dengan kaidah konservasi tanah dan air, kalau lahan pertanian di tebing seharusnya dibuat terasering agar tanah tidak mudah longsor,” ujarnya.

Masyarakat, kata dia, diimbau untuk selalu waspada terhadap potensi terjadinya bencana alam banjir bandang. Apalagi banjir di Dieng, Wonosobo, Jateng, hari Minggu lalu, membuktikan bahwa banjir bukan hanya bisa terjadi di dataran rendah.

Advertisement

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif