Jateng
Jumat, 24 Februari 2017 - 05:50 WIB

PROSTITUSI SEMARANG : Sunan Kuning Akan Ditutup, PSK Galau Melacur di Jalan...

Redaksi Solopos.com  /  Imam Yuda Saputra  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi pekerja seks komersial (PSK) Resosialisasi Argorejo yang lebih kondang dengan nama Lokalisasi Sunan Kuning Semarang. (Imam Yuda S./JIBI/Semarangpos.com)

Prostitusi di Semarang terpusat di wilayah Resosialisasi Argorejo atau yang akrab disebut Sunan Kuning (SK).

Semarangpos.com, SEMARANG — Kebijakan pemerintah agar Indonesia Bebas Prostitusi 2019 rupanya membuat para pekerja seks komersil (PSK) di Resosialisasi Argorejo atau yang akrab disebut Lokalisasi Sunan Kuning (SK) galau. Mereka berharap tempat mereka mencari nafkah itu tak ditutup menyusul pencanangan program dari pemerintah pusat itu.

Advertisement

Program Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar Indonesia Bebas Prostitusi 2019 tentu akan turut menyasar lokalisasi di Semarang. salah satunya Resosialisasi Argorejo atau yang akrab disebut Lokalisasi Sunan Kuning (SK). Rencana penutupan lokalisasi terbesar di Jateng itu bahkan sudah didengungkan Pemkot Semarang melalui beberapa program pengentasan PSK yang ditangani Dinas Sosial (Dinsos) Kota Semarang.

Para PSK di SK itu pun menerima program, seperti pelatihan keterampilan dan kewirausahaan, itu pun dengan senang hati. Kendati demikian, mereka enggan lokalisasi yang menjadi ladang mencari nafkah itu ditutup dalam waktu dekat ini.

“Ya, kalau bisa jangan ditutup dulu. Utang saya masih banyak, belum cukup modal jika mau pensiun. Kalau ditutup nanti saya kerja apa? Jadinya melacur lagi di jalan, malah enggak bisa terpantau pemerintah kan,” tutur Indah, 35, PSK asal Pasuruan, saat dijumpai Semarangpos.com di Balai RW 006, Kelurahan Kalibanteng, Semarang Tengah atau kompleks Lokalisasi Sunan Kuning, Kamis pagi.

Advertisement

Indah mengaku sudah tiga tahun mencari nafkah sebagai PSK di SK. Ia melakukan praktik prostitusi selepas pulang dari luar negeri sebagai tenaga kerja wanita (TKW) di pabrik setempat.

“Sebenarnya enak kerja sebagai TKW [di luar negeri]. Tapi, sayang kontrak saya enggak diperpanjang. Sementara, di kampung dua anak saya masih sekolah dan butuh biaya. Suami saya sudah minggat sejak dulu,” beber PSK yang setiap harinya beroperasi di Gang V SK itu.

Curahan hati senada juga meluncur dari bibir Anna, 24. Perempuan asal Ungaran itu mengaku belum siap jika harus meninggalkan pekerjaannya sebagai PSK di SK. “Kalau bisa jangan ditutup dulu. Nanti kalau saya main di jalan bagaimana? Kan banyak yang melihat, malu dong,” ujar Anna.

Advertisement

Terpisah Kepala Resosialisasi Argorejo, Suwandi, menyebutkan saat ini ada 488 PSK yang bermukim di 160 wisma di SK. Dari 488 PSK itu hampir 90% belum siap jika dalam waktu dekat ini dikembalikan ke tengah masyarakat.

“Dari 448 PSK ini hanya sekitar 10% yang tabungannya banyak. Sisanya masih banyak dililit utang di bank. Kalau ditutup dalam waktu dekat, saya yakin mereka akan kembali ke jalanan sebagai PSK. Toh, kalau seperti itu malah jadi enggak terkontrol oleh pemerintah. Angka HIV/AIDS maupun IMS [Infeksi Menular Seksual] bakal semakin tinggi,” terang Suwandi.

Suwandi menilai sebaiknya program penutupan kawasan prostitusi itu dikaji kembali oleh pemerintah. Namun, jika harus dilaksanakan ia berharap rentang waktunya lebih diperpanjang. “Kalau bisa jangan 2019. Mungkin, idealnya lima tahun dari sekarang,” imbuh Suwandi.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif