Jateng
Jumat, 24 Februari 2017 - 08:50 WIB

PABRIK SEMEN KENDENG : Warga Sekitar Pabrik Semen Rembang Janji Rukun, Tapi...

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pegunungan Kendeng Utara yang hancur akibat eksplorasi karst oleh pabrik semen. (caves.or.id)

Pabrik Semen Indonesia di Kabupaten Rembang yang bakal menambang gamping Pegunungan Kendeng diharapkan tak memicu perseteruan antarwarga.

Semarangpos.com, SEMARANG — Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Kamis (23/2/2017), kembali menerbitkan izin lingkungan bagi penambangan gamping Pegunungan Kendeng, Eks Keresidenan Pati oleh PT Semen Indonesia. Penerbitan izin itu diharapkan tak memicu perseteuan berkepnjangan antara warga pendukung dan penolak pabrik semen tersebut.

Advertisement

Warga yang tinggal di wilayah ring I pabrik Semen Indonesia di Rembang itu, Kamis, berjanji menjaga hubungan baik antara warga yang pro maupun kontra pembangunan pabrik semen itu. Namun, bersamaan dengan penyampaian janji tersebut, dibantah pula berita yang menyebutkan adanya pembakaran tenda perjuangan warga penolak pabrik semen beberapa waktu lalu.

“Tidak benar itu ada pembakaran tenda yang kontra pabrik sebagaimana marak diberitakan. Memang sempat ada pemblokiran dari mereka yang kontra,” kata Wahyudi, salah satu warga Desa Tegaldowo, Rembang membantah berita yang bahkan telah dikonfirmasi Polda Jateng beberapa waktu lalu.

Advertisement

“Tidak benar itu ada pembakaran tenda yang kontra pabrik sebagaimana marak diberitakan. Memang sempat ada pemblokiran dari mereka yang kontra,” kata Wahyudi, salah satu warga Desa Tegaldowo, Rembang membantah berita yang bahkan telah dikonfirmasi Polda Jateng beberapa waktu lalu.

Janji hidup damai yang dibarengi bantahan terhadap berita adanya tindak kekerasan di akses masuk pabrik semen itu disampaikan di sela-sela penyampaian pernyataan sikap dari Tim Advokasi Penyelamat Asset Negara selaku kuasa hukum warga di wilayah ring I pabrik Semen Indonesia di Rembang, yang berlangsung di Semarang. Wilayah ring I pabrik Semen Indonesia di Rembang yang dimaksud kelompok ini meliputi beberapa desa, yakni Desa Tegaldowo, Timbrangan, Pasucen, dan Kajar di Kecamatan Gunem, serta Desa Kadiwono di Kecamatan Bulu, Kabupaten Rembang.

Musala dan tenda yang menjadi posko warga penolak pabrik semen di kawasan Pegunungan Kendeng, Rembang, eks Keresidenan Pati, dirobohkan segerombolan orang, Jumat (10/2/2017) malam. (JIBI/Semarangpos.com/Istimewa-JMPPK)

Advertisement

“Saya kurang tahu dari mana saja warga yang datang itu. Tiba-tiba saja kemudian warga sepakat membongkar portal pemblokir jalan, kemudian dilanjutkan membongkar tenda yang kontra maupun pro pabrik semen,” katanya sebagaimana dikutip Kantor Berita Antara.

Wahyudi bahkan sempat pula mengonfirmasi bahwa di salah satu tenda terdapat buku-buku, bendera, sajadah, dan Alquran. Namun ia menyatakan bahwa barang-barang itu sempat dimasukkan ke dalam mobil untuk diamankan karena tendanya hendak dibongkar.

Musala dan tenda yang menjadi posko warga penolak pabrik semen di kawasan Pegunungan Kendeng, Rembang, eks Keresidenan Pati, dibakar, Jumat (10/2/2017) malam. (JIBI/Semarangpos.com/Istimewa-JMPPK)

Advertisement

Karena itu, simpulnya lebih lanjut, tidak benar kalau ada pembakaran Alquran. “Bahkan, saya juga tidak sependapat dengan istilah pembakaran. Seolah-olah tenda atau bangunan yang masih berdiri kemudian dibakar. Ini tendanya dibongkar. Kayu dan bambu-bambu bekas itu dikumpulkan, kemudian dibakar,” sambungnya.

Wahyudi lalu membantah pula kabar yang menyebutkan warga yang pro pabrik semen melokalisasi warga yang kontra dengan melarang mereka keluar dari wilayah desa. Apalagi, imbuh dia, banyak sekali akses yang menghubungkan desa satu ke desa lain di wilayah tersebut sehingga mustahil mengadang warga lain bepergian ke luar wilayah.

“Dibilang warga yang kontra dihalangi ke luar desa, dan sebagainya, itu tidak benar. Akses Desa Tegaldowo itu tidak satu pintu, misalnya, bisa lewat Desa Kadiwono, Desa Kajar, dan bisa dari desa-desa lainnya,” katanya.

Advertisement

Bahkan, imbuh dia, dalam kehidupan sosial sehari-hari, masyarakat di desa itu selama ini tidak pernah ada bentrokan, baik fisik maupun argumen. Warga desa, khususnya Desa Tegaldowo, tegas dia, tetap beraktivitas seperti biasa.

Triningsih, 39, warga Desa Timbrangan yang juga dikutip Kantor Berita Antara dalam kesempatan sama mengatakan kabar-kabar yang beredar via media sosial yang menggambarkan seolah-olah kondisi desa mencekam dan warga yang kontra pabrik semen dilarang ke luar desa adalah bohong.

“Katanya, warga yang menolak pabrik semen dicegat kalau mau keluar sampai gak bisa metu ndesa. Tidak benar. Silahkan datang melihat sendiri, pintu-pintu rumah warga dan jalan terbuka lebar. Tidak ada jalan yang ditutup,” pungkasnya masih sebagaimana dikiutip kantor berita pelat merah itu.

KLIK DI SINI untuk Berita Izin Baru Gubernur Ganjar
KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif