Jogja
Jumat, 24 Februari 2017 - 18:55 WIB

KEMISKINAN BANTUL : Berdiri di Area Sawah, Rumah Sumartin akan Dipindah

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sri Sumartin bersama salah seorang anaknya di depan rumah mereka, Rabu (22/2/2017). (Uli Febriarni/JIBI/Harian Jogja)

Kemiskinan Bantul membuat keluarga Sri Sumartin terpaksa tinggal di rumah yang berdiri di sawah

Harianjogja.com, BANTUL-Pemerintah Kabupaten Bantul berencana memindahkan rumah yang berdiri di sebuah areal persawahan di Karanggayam, Panjangrejo, Pundong.

Advertisement

Rumah tersebut berdiri di tengah areal persawahan, dengan pintu menghadap ke timur. Dindingnya terbuat dari anyaman bambu dan tidak banyak terdapat perabotan di dalamnya. Di serambi rumah terdapat bata yang disusun sedemikian rupa membentuk “lantai”, dan ada beberapa ember diletakkan di atasnya.

Wakil Bupati Bantul Abdul Halim Muslih pada Kamis (23/2/2017) menyebutkan, rumah tersebut perlu dipindahkan karena Pemkab ingin mengembalikan fungsi lahan pertanian, yang saat ini digunakan menjadi lokasi kediaman Sri Sumartin dan keluarganya tersebut.

Pemerintah tidak dapat membangun rumah langsung di atas tanah tersebut, karena mengingat kawasan tersebut bukan diperuntukkan bagi permukiman. Sehingga dikhawatirkan bisa memunculkan persoalan tata ruang, izin pengeringan lahan, Izin Mendirikan Bangunan dan akan menyulitkan upaya penarikan kabel Perusahaan Listrik Negara.

Advertisement

Halim menerangkan, langkah dimulai dengan penyediaan tanah kas desa untuk relokasi oleh Pemerintah Desa, dengan sistem sewa. Pembangunan rumah dilakukan dengan dana yang bersumber dari sumbangan bersama pejabat dan para pengusaha di Bantul. Diperkirakan pembangunan rumah tersebut akan memakan dana sekitar Rp30 juta.

“Karena program-program mensyaratkan lahan milik sendiri, bukan pinjam, bukan sewa. Selain itu nanti, pemerintah tetap melanjutkan pemberian bantuan Program Keluarga Harapan, Raskin, Jaminan Kesehatan dan Beasiswa,” ujarnya, usai pantauan di lokasi.

Sementara itu Sri Sumartin sebagai salah satu penghuni rumah itu, mengaku pasrah apakah paska pantauan tersebut dirinya akan mendapat bantuan atau tidak dari pemerintah. Hanya dia memang berharap untuk bisa memiliki rumah yang layak ditinggali. Karena apabila angin dan hujan turun, maka genangan air akan masuk ke dalam rumahnya, namun dia dan anggota keluarga lainnya hanya bisa tetap berdiam di dalamnya.

Advertisement

Sri mengungkapkan, selain dia dan dua orang anaknya, di dalam rumah tersebut juga ada orang tuanya [ayahnya]. Sri bekerja di warung makan bakso tak jauh dari rumahnya. Sedangkan suami Sri bekerja di Semarang sebagai buruh serabutan.

“Tapi sekarang bakso sedang libur, saya hanya bisa menjual sayuran seperti daun singkong dan kenikir ke pasar untuk pendapatan sehari-hari,” ungkapnya.

Sebelumnya dia tidak tinggal di sana, namun di sebuah rumah kecil dekat tempatnya bekerja. Hanya saja, karena rumah tersebut akan ditinggali oleh saudara pemilik rumah, ia terpaksa harus angkat kaki.

“Ini tanah sendiri, kalau rumahnya ini kami bangun dengan biaya sendiri. Dulu rumahnya ini kandang ayam, tapi kemudian ayam-ayamnya mati karena terkena cacing pita,” ujarnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif